Pagi itu seorang ibu menjajakan dagangan tikar rotan miliknya, padahal Matahari baru saja menerangi dini hari yang gelap. Tikar yang paling lebar akan menghasilkan gulungan paling tinggi sehingga harus diletakkan di paling belakang, sementara tikar yang pendek ia letakkan di barisan depan. Beberapa tikar memiliki warna-warna yang menarik sehingga memikat mata dan mengundang pengungjung untuk bertanya harganya.
Tampak pedagang di sebelahnya yang merupakan pria setengah baya, tidak menjajakan tikar rotan melainkan berupabuah tangan seperti topi, kipas, tas, bakul dan lainnya. Beberapa dagangan berdimensi besar juga ia jual di sini, diantaranya kursi malas dan sketsel. Sepertinya pembeli yang datang tidak terbatas penduduk sekitar saja karena mereka terdengar berbicara dengan berbagai bahasa. Beberapa pembeli sibuk menawar harga, sebagian lagi masih memilah-milah barang mana yang diperlukan.
Potret pedagang dan pembeli seperti ini bisa Anda temukan di jalan sekitar Rumah Sakit Pambalah Batung Amuntai, Kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Pameran kerajinan rotan yang biasanya Anda temukan di ruangan-ruangan konvensi kini tumpah ruah di pinggiran jalan raya. Mungkin fenomena seperti hanya akan Anda temukan di Amuntai. Lalu menariknya lagi, pasar ini hanya ada setiap hari Kamis.
Ya, rotan atau lampit adalah sesuatu yang terlintas saat pertama kali mendengar nama Kota Amuntai. Sejarah yang panjang melatari rotan sebagai ikon yang melekat pada kota ini. Ratusan perusahaan kerajinan rotan telah muncul sejak tahun 80’an dan tumbuh di daerah Banjarmasin, juga di kota kecil yang diberi nama Amuntai ini. Rotan-rotan yang disulap menjadi berbagai perabotan tersebut merupakan komoditi ekspor dengan kualitas tinggi. Pemasarannya sudah mencapai ke Malaysia hingga ke negara-negara Timur Tengah.
Orang Banjar Amuntai memang terkenal sangat menyukai benda-benda seni. Mulai dari kain-kain sulaman hingga seni ukir untuk peralatan upacara pun mereka tekuni. Hingga hari ini, kehidupan mereka ditopang oleh hasil pilinan rotan dari tangan-tangan cekatan yang tak ternilai.
Masih mengupas sisi lain Amuntai, saat berkeliling kota ini Anda akan melihat patung-patung yang dibuat mirip dengan bentuk itik alabio. Unggas ini merupakan rumpun itik lokal dan sebarannya hanya terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan. Kuliner yang mengolah itik alabio banyak terdapat di warung-warung di Kota Amuntai.
Saat singgah, bertanyalah kepada penduduk akan merdunya lagu-lagu yang merangkai identitas kota Amuntai, seperti ini sebait liriknya;
Kota Amuntai ibukota Kabupaten di Hulu Sungai Utara…
……………
Wadah Candi Agung
Nagara Dipa dahulu
Sumangat membangun Amuntai
Di kampung samakin rami
……………..
Kota Raden Kebun Sari
Paseban wan taman-taman
paliwara sungai malang
Serba bahendang bahendala
Seni bangunan ukiran cara bahari
gedung atau panginapan mamakai budaya banjar
Lagu-lagu tersebut melafalkan betapa agung dan cantiknya Kota Amuntaiyang diisi warga-warga Banjar yang sangat kreatif dan memiliki selera seni yang tinggi. Tersisip nama Candi Agung pada lirik lagu. Candi Agung, merupakan salah satu situs berharga bagi Amuntai sekaligus bukti bahwa Kerajaan Nagaradhipa yang bercorak Hindu pernah berdiri di sini. Nagaradhipa inilah yang kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.
Transportasi
Kota Amuntai terletak di pertemuan tiga sungai sekaligus yakni Sungai Negara, Sungai Tabalong dan Sungai Balangan. Jaraknya sekira 190 kilometer ke arah timur tenggara dari Kota Banjarmasin, ibukota Kalimantan Selatan. Perjalanan panjang Anda dapat dibantu oleh angkutan umum yang melayani rute langsung Banjarmasin-Amuntai, ataupun singgah terlebih dahulu di Barabai Kandangan.
Ada banyak pilihan mobil rental jika ingin mempermudah perjalanan. Mulailah berangkat dari pagi hari apabila tidak ingin menginap di Amuntai. Anda bisa mengawalidari Barabai Kandangan untuk menyicipi ketupat kandangan yang terdengar nikmat kemudian lanjutkan perjalanan ke Amuntai.
Kuliner
Tentu ikon itik alabio membuat Anda berimajinasi akan variasi kuliner apa yang disiapkan oleh kota ini. Itik panggang dan itik goreng adalah menu utamanya tapi Anda juga bisa mencicipi dan membawa pulang dendeng itik alabio yang lezat. Tidak sulit menemukannya karena warung-warung makanan biasanya menyajikan menu-menu dari itik alabio. Kuliner Amuntai juga didukung oleh tipikal masyarakatnya yang senang makan di warung sehingga perkembangan warung-warung di sini menjamur.
Penyuka jajanan pasar coba dimanjakan dengan pasar kue yang terletak di dalam Pasar Induk Amuntai. Temukan kue pais sagu, roti sagu, gula-gulaan berbentuk itik dan kapal, asinan, kerupuk haruan, juga jajanan khas lain seperti alua yaitu manisan pepaya yang ramai dipesan saat tiba musim kawin.
Berbelanja
Kue-kue basah yang baru saja Anda peroleh dari Pasar Induk Amuntai sebaiknya dimakan selagi hangat dan tidak berlama-lama menyimpannya. Untuk disiapkan sebagai oleh-oleh giliran kue kering Amuntai yang akan menggoda selera Anda, berikut ini beberapa diantaranya.
Kerupuk Haruan
Ikan gabus di daerah Kalimantan Selatan lebih dikenal dengan sebutan ikan haruan. Di Amuntai, panganan ini diolah lebih unik lagi menjadi kerupuk yang digemari oleh masyarakat. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan ikan haruan sampai matang, kemudian dipotong tipis-tipis, dikeringkan dan digoreng.
Cincin Talipuk
Bentuknya seperti cincin dan terbuat dari sejenis tumbuhan air yang disebut Tantanding. Buah tantanding diambil kemudian didiamkan di dalam wadah tertutup selama beberapa hari sampai warnanya menjadi kecokelatan, selanjutnya dijemur sampai kering dan dibawa ke tempat penggilingan sampai menjadi tepung. Tumbuhan tantanding yang mirip dengan bunga teratai ini kerap diambil tangkainya untuk dijadikan sayur.
Permen Amuntai
Permen khas Amuntai turun dari acara pernikahan menuju pasar-pasar tradisional. Permen ini bentuknya beragam, menyerupai bunga, itik, atau bahkan sandal. Apabila sepuluh tahun lalu permen-permen seperti ini hanya bisa ditemui di acara-acara penrikahan warga Amuntai, sekarang Anda bisa membelinya di pasar tradisional di Amuntai.
Akomodasi
Perjalanan kuliner Anda di Amuntai masih panjang, oleh karenanya luangkan banyak waktu dan menginap selama beberapa malam di kota ini. Ada beberapa hotel kelas melati yang bisa memberi Anda kenyamanandan berikut referensinya.
Hotel Lambung Mangkurat
Palampitan Hulu, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara, 71418
Hotel Amuntai Indah
Jalan Bihman Villa No.79 Antasari, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara, 71414
Tlp. +62 527 61144
Hotel Balqis Amuntai
Jalan Norman Umar No.87, Kelurahan Kebun Sari, Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara
Tlp. +62 527 62852
Kegiatan
Sebagian wisatawan datang ke Amuntai untuk mencicipi kuliner dan berbelanja kerajinan rotan namun banyak juga yang ingin merasakan pengalaman berziarah di makam kuno yang terdapat di Candi Agung.
Candi Agung diperkirakan telah berusia lebih dari 700 tahun dilihat dari material yang menyusunnya yakni batu dankayu. Bangunan ini terletak di kawasan Sungai Malang, Amuntai. Pembangunannya dilakukan oleh Empu Jatmika pada abad XIV Masehi dan hingga kini kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peningggalan sejarah yang usianya kira-kira 200 tahun SM. Bongkahan batu yang digunakan untuk mendirikan candi pun masih terdapat di sana.
Lepas menelusuri sejarah Kota Amuntai, Anda diundang menyisir kehidupan penduduk Amuntai di Paminggir yang tersembunyi namun menarik. Amuntai dikelilingi oleh rawa dan siapa sangka terdapat perkampungan di tengah-tengahnya. Bahkan Pemerintahsetempat pun membuatkan rumah sakit di sana. Sepertinya menarik untuk mencari tahu bagaimana mereka melangsungkan hidup di area seperti itu, terdapat perahu-perahu yang mengantar Anda untuk melihat langsung kehidupan di sana.
Sebelum kembali ke Banjarmasin, kunjungilah Masjid Raya Amuntai yang dibangun dengan arsitektur mirip dengan rumah adat Kalimantan Selatan. Masjid ini dikelilingi taman yang cukup luas dan hijau sehingga Anda bisa memanfaatkannya untuk duduk-duduk sambil menikmati kemegahan masjid.