Sensasi Naik Ular Besi dari Jakarta ke Bandung Wisata Sejarah Jalur Kereta Api Batavia-Parahyangan

Pertengahan abad 19, Bandung masih berupa desa terpencil di pedalaman Parahyangan namun sangat berharga karena menjadi penghasil kina dan teh. Jalur Batavia-Parahyangan tidaklah mudah karena sangat berkelok dan begitu sulit ditempuh apalagi dengan jalur kereta api. Akan tetapi, Pemerintah Hindia Belanda terlanjur jatuh hati pada kota ini sehingga kemudian membangun jalur kereta api Batavia-Parahyangan pada 16 Mei 1884. Berikutnya, dari sekadar kota persinggahan Bandung kemudian jadi kota tujuan wisata bahkan tempat tinggal.

Rute kereta Jakarta-Bandung merupakan jalur indah yang dengan segudang cerita dan sejarah. Rute lintasan Jakarta-Bandung sepanjang 151 km dibangun pada 10 April 1869 dan masih beroperasi hingga sekarang dengan masa tempuh 2 jam 45 menit. Saat itu kereta api memakai lokomotif uap C28 dengan kecepatan maksimal 90 kilometer per jam.

Dari kereta, Anda dapat merasakan udara sejuk nan nyaman sambil duduk di sebelah jendela dan mengamati lintasan kereta. Nikmatilah lanskap indah berbukit dan hijaunya pepohonan terutama saat kereta api ini memasuki wilayah Cikampek, Karawang, dan Bandung.  Ada hamparan sawah menguning atau nan hijau sangat menyejukan mata.

Selama perjalanan dari Jakarta menuju Bandung, Anda juga dapat menikmati pemandangan bangunan tua di Stasiun Transmisi Cikampek, Stasiun Lemah Abang, Stasiun Cikampek, dan Stasiun Karawang. Bangunan stasiun tersebut rata-rata dibangun akhir abad ke-19.

Zaman Hindia Belanda, lokasi Lemahabang, Karawang, dan Cikampek pernah menjadi lokasi perlindungan para pejuang kemerdekaan setelah sebelumnya direbut dari Hindia Belanda. Saat itu jalur ini digunakan sebagai jalur angkutan logistik pangan dan perang. Sekarang fungsinya beralih untuk angkutan batu bara ke sejumlah industri di Karawang, Bekasi, dan Cikampek.

“Pada masa itu jalur Batavia-Bandung menjadi favorit warga Belanda. Mevrouw, meneer, Noni, dan tuan  asal Belanda juga warga Eropa lainnya sangat menikmati suguhan pemandangan indah dan hawa sejuk yang dilewati kereta api lokomotif uap C28.”

Atraksi paling mengesankan adalah saat kereta melewati jembatan tua yang dibangun perusahaan kereta api masa Hindia Belanda yaitu Staatspoorweg Maatschappij (SS). Saat melintasi Purwakarta sampai Padalarang, Anda dapat memperhatikan 3 jembatan baja di Ciganea, Cisomang, dan Cikubang.

Jembatan Ciganea dan Cisomang memiliki panjang 223 meter setinggi 72 meter. Sementara jembatan Cikubang panjangnya 300 meter, ditunjang empat pilar baja seberat 122 ton, total berat bajanya adalah 394,5 ton. Anda pun akan melintasi Sungai Cikubang yang indah.

Semua jembatan tersebut dibangun tenaga ahli Belanda tahun 1869 dan tetap dipelihara hingga saat ini terutama pada bagian penghubung antara rangka baja utama.

Awalnya jembatan pendukung jalur kereta api yang dibangun pemerintah Hindia Belanda saat itu mencapai 400 unit. Semuanya dibangun di sepanjang jalur Jakarta-Bandung, lintas Cikampek dan Sukabumi. Akan tetapi yang paling menakjubkan untuk Anda lihat ada di tiga tempat yaitu di Ciganea, Cisomang, dan Cikubang.

Saat Anda melewati jalur kereta di jembatan tanpa pagar di atas jurang maka akan merasakan tubuh terasa melayang. Akan tetapi, Anda sebaiknya tidak membuka pintu jendela, apalagi pintu gerbong karena terpaan angin cukup kencang di ketinggian tersebut. Cukup amati dari jendela bagaimana sensasi jantung berdebar dan pemandangan jurang berpadu hamparan sawah dan sungai.

Pemerintah Hindia Belanda mengoperasikan kereta api Vlugge Vier dengan kecepatan maksimal 90 km/jam.  Kereta ekspres tersebut sungguh elit di zamannya. Kereta api Vlugge Vier adalah cikal bakal kereta api Parahyangan yang beroperasi sejak awal 1970-an kemudian dilanjutkan  KA Argo Gede. Setelah Tol Cipularang beroperasi, akhirnya perjalanan “Vlugge Vier” pun tersisihkan.

Satu lagi sensasi yang akan Anda rasakan dalam rute kereta api Bandung-Jakarta, lintas Cikampek dan Karawang, yaitu melewati Terowongan Sasaksaat. Terowongan ini berada di antara Purwakarta dan Padalarang serta merupakan lokasi yang banyak diperbincangkan karena menyimpan kisah mistis dan misteri masyarakat setempat.

Terowongan Sasaksaat memiliki panjang 950 meter menerobos Bukit Cidepong dengan dinding cukup tebal hingga konon sulit dihancurkan para pejuang kemerdekaan saat itu untuk menghentikan logistik tentara Hindia Belanda. Terowongan Sasaksaat dibangun dengan ketelitian sangat tinggi karena berada di tanah perbukitan. Saat dibangun tahun 1902 hingga 1904, terowongan ini telah menelan korban pekerja rodi yang cukup banyak dimana  jenazah mereka dikuburkan di sekitar terowongan tersebut. Karena itu pulalah penduduk Kampung Cipicung, Desa Sumurbandung, Kabupaten Bandung sering mengidentikannya dengan nuansa mistis dimana setiap tanggal 17 Agustus selalu diberi sesajen berupa seekor domba untuk menolak bala. Saat kereta melintasi desa ini maka Anda pun akan melihat banyak domba dan kambing berkeliaran di rerumputan.

Sesampainya Anda di Bandung maka jangan hentikan wisata sejarah kereta api ini. Lanjutkanlah dahulu ke ke kantor pusat PT KAI di Jalan Perintis Kemerdekaan, tidak jauh dari Jalan Braga. Anda dapat melihat gedung tua berarsitektur art deco dimana pintu dan jendelanya terbuat dari besi baja. Apabila berkenan mengapa tidak mengunjungi gudang suku cadang kereta di Jalan Cikudapateuh. Gudang ini masih aktif menyimpan beragam suku cadang kereta api dan terus diupayakan menjadi museum.