Saat Anda mengunjungi Sabang di Pulau Weh maka dipastikan akan melewati dan melihat langsung banyak bunker dan terowongan peninggalan Militer Pendudukan Jepang dari masa Perang Dunia II. Bunker tersebut tersebar di berbagai titik strategis mulai dari sisi terluar di pesisir pantai hingga ke tengah kota dan sisi perbukitan. Banyaknya bunker atau benteng pertahanan militer di Sabang membuat kota ini dijuluki sebagai “Kota Seribu Benteng”.
Bunker di Sabang dipergunakan tentara Pendudukan Jepang (1942-1945) saat itu sebagai basis pertahanan menghadapi tentara Sekutu. Bentuk bunker tersebut beragam dan umumnya memiliki ruangan luas yang diduga sebagai tempat pantau musuh ke arah laut. Beberapa di antaranya masih menyimpan meriam dalam ukuran besar yang langsung menghadap ke samudera lepas.
Militer Jepang mendarat di Sabang pada 12 Maret 1942 dimana berikutnya tidak butuh waktu lama hingga 15 Maret 1942 sudah melakukan operasi milter di Aceh. Tentara Jepang sendiri sudah menguasai Indonesia sejak 8 Maret 1942 dimana saat itu Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang.
Pulau Weh seluas 152 km² saat itu ibarat sepotong keju di lautan yang diperebutkan saat PD II. Kota Sabang sendiri sebelum Perang Dunia II adalah kota pelabuhan internasional yang lebih berperan dibandingkan Temasek (baca: Singapura). Oleh karena itu, Militer Pendudukan Jepang selepas menguasainya kemudian membangun jaringan infrastruktur pertahanan berupa bunker dan terowongan yang menghubungkan ke berbagai titik strategis di pulau tersebut.
Menariknya, bunker Jepang itu diperkirakan terhubung dengan banyak bangunan yang menjadi kantor pemerintahan dan militer saat ini. Saat Perang Dunia II, Militer Pendudukan Jepang sengaja membuat akses ke jaringan bawah tanah berupa terowongan yang tertuju ke pusat komando di Bukit Layang, lokasinya tidak jauh dari Taman Ria di tengah kota. Terowongan bawah tanah di Sabang hingga saat ini sebagian sudah tertimbun atau sengaja ditutup seakan turut juga menyimpan fungsi rahasia militer Jepang.
Menurut cerita masyarakat tahun 1980-an, ada serombongan orang Jepang berkunjung ke sini dan bertemu pihak militer Indonesia untuk membahas penutupan terowongan itu mengingat kemungkinan lorongnya terhubung langsung dengan kantor-kantor militer dan pemerintah setempat.
Beberapa mulut pintu masuk terowongan ada yang sengaja ditutup (ditembok) atau memang tertimbun tanah dan sampah. Untuk menguak kembali keberadaanya ada sekira kedalaman 5 meter ke bawah tanah sehingga ditemukan ruang dan lorongnya. Hasil penggalian terakhir yang dilakukan Sabang Heritage Society, didapati dua lubang yang berhasil ditembus dari enam lubang yang ditemukan. Ditemukan persimpangan seperti tempat pertemuan lorong dari empat penjuru. Saat ini lorong-lorong tersebut sudah ditembok.
Bukan hanya kantor pemerintah dan militer yang terhubungkan dengan terowongan rahasia itu. Akan tetapi, besar dugaan beberapa rumah pribadi dan bangunan umum lainnya di Kota Sabang memiliki pintu-pintu rahasia yang dahulu dimanfaatkan untuk kepentingan militer.
Peran Sabang saat PD II nyaris sama dengan Pulau Iwo Jima yang menjadi basis pertahanan Militer Jepang di Pasifik. Bedanya Sabang dijadikan pusat komunikasi pertahanan Jepang di Selat Malaka. Karakteristis bentuk bunker dan terowongan di Sabang mirip seperti di Iwo Jima. Lorong-lorong rahasianya memiliki kedalaman 5 meter dari permukaan tanah dan terhubungkan ke pusat komando.
Tahun 1942, Sabang, Pulau Weh, berhasil direbut Jepang dari Hindia Belanda. Saat penyerangan tersebut, pilot-pilot Angkatan Udara Jepang dikenali sebagai pasukan Kamikaze atau pasukan bunuh diri demi menyelesaikan tugas mereka. Berikutnya Sabang dijadikan basis maritim Angkatan Laut dan Angkatan Udara Militer Pendudukan Jepang.
Temukan dengan mudah beberapa lokasi bunker dan terowongan Jepang saat Anda berkunjung ke Sabang dimana tersebar di beberapa lokasi, yaitu: Sabang Hill, Pantai Anoi Itam, Gunung Sarung Keris, Bate Shok, Gunung Labu, Aneuk Laot, Tapak Gajah, dan Ujung Karang. Yang termudah untuk Anda temukan adalah yang berlokasi di Pantai Anom dan Desa Cot’Bau, Bunker di desa Cot Bau, berupa goa pertahanan di tebing bukit Sepanjang Jalan menuju Danau Anak Laout.
Banyak bunker dan benteng militer di Sabang sekaligus membingkaikan untuk Anda panorama alam yang menawan. Terutama itu adalah yang langsung menghadap samudera lepas seperti di Pantai Anoi Itam dan Pantai Sumur Tiga. Anda akan melihat secara sekaligus hamparan laut lepas bersama pepohonan yang ditiup angin, rerumputan di pinggir pantai dan nelayan dengan perahu khas Aceh juga nampak melintas.