Sekilas
Di ujung selatan Pulau Bintan terbentang kawasan dataran rendah yang dihiasi rawa dan hutan bakau. Hampir tidak terdapat perbukitan sehingga pemukiman penduduk terpusat di sini. Di kota ini pula pesawat akan mendarat sebelum Anda menuju ke tempat-tempat indah yang dimiliki Pulau Bintan.
Kota itu adalah Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang pernah menjadi saksi abadi lahir dan berakhirnya Kesultanan Johor-Riau. Wilayah Tanjung Pinang mencakup beberapa pulau di dekatnya termasuk Pulau Penyengat, pulau seluas 3,5 kilometer yang menyimpan cagar budaya dengan wujud bangunan arsitektural, makam dan situs.
Letak Pulau Bintan sendiri sangat strategis di ujung Semenanjung Melayu memisahkan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Inilah yang membuat Bintan selama berabad-abad menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang untuk menunggu badai reda sebelum kembali ke daerah mereka masing-masing. Sebut saja Marcolo Polo, penjelajah Italia itu dikabarkan pernah singgahi Bintan.
Masuknya pedagang dengan latar budaya yang berbeda telah membuat Bintan memiliki segalanya, mulai dari masjid, gereja, kuil Budha, Tao, dan candi Hindu yang dibangun saling berdekatan. Masyarakat antaretnisnya pun hidup saling berdampingan dengan damai. Akulturasi dari berbagai budaya telah memberikan warna tersendiri pada budaya Melayu serta memperkaya adat istiadat penduduk.
Sebagian besar penduduk Kota Tanjung Pinang merupakan Suku Melayu dan Bugis dari Sulawesi Selatan, terdapat juga etnis Banjar dari Kalimantan serta Peranakan Cina yang didominasi oleh keturunan Teochew dan Hokien. Mereka sudah tinggal di sini selama beberapa generasi. Ada pula penjelajah laut Bajau yang kabarnya hidup di kapal dan berlayar dari pulau ke pulau. Di masa kekinian ketika ekonomi kota semakin tumbuh, Tanjung Pinang merayu pendatang semakin banyak lagi. Kini orang Batak, Minangkabau, hingga Sunda pun bisa ditemukan di sini.
Pada saat Pemerintahan Hindia Belanda, Tanjung Pinang diangkat menjadi pusat pemerintahan Residentie Riouw Hindia Belanda. Jejak sejarah itu tetap terpatri di sudut-sudut kota yang terletak di sepanjang boulevard bersebrangan dengan Pulau Penyengat. Salah satu yang bisa Anda temukan adalah kediaman Walikota. Ciri khas bangunan kolonial mudah sekali dikenali, berupa pilar-pilar besar yang berdiri kokoh di atas beranda.
Tidak jauh dari situ Anda akan menemukan terminal kapal feri yang sangat sibuk. Terminal Sri Bintan Pura menghubungkan Bintan dengan Singapura dan Malaysia, serta daerah-daerah lain di Kepulauan Riau seperti Batam, Rempang, Kepulauan Karimun dan pulau-pulau kecil lainnya.
Tanjung Pinang telah tumbuh dan berkembang sehingga dengan mudah Anda menemukan bank-bank, mal, hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan. Sementara penduduk terpusat di sini, pemerintahan provinsi dpindahkan ke Senggarang yang merupakan daerah dimana penghuninya mayoritas orang Cina. Penduduk membangun tempat tinggal yang unik berupa rumah panggung di atas laut. Untuk mencapainya setiap orang harus berjalan di atas jembatan kayu namun kini motor juga bisa melaluinya karena jalanan beraspal sudah dibangun.
Kegiatan
Pulau Penyengat adalah destinasi yang wajib Anda kunjungi saat singgah di Tanjung Pinang. Ini merupakan lokasi pemerintahan Kesultanan Johor-Riau yang meninggalkan sebuah istana dengan perpaduan arsitektur Jawa dan Belanda. Berkunjung ke Pulau Penyengat berarti berkunjung ke Masjid Sultan Riau. Masjid yang dibangun menggunakan perekat putih telur ini memiliki warna kuning dan sangat mencolok jika dilihat dari kejauhan.
Jangan lewatkan kesempatan untuk berkeliling pulau dan menemukan Kompleks Pemakanan Kesultanan Johor-Riau. Ada juga balai adat dengan arsitektur Melayu yang patut Anda kunjungi. Jarak Pulau Penyengat dengan Tanjung Pinang hanya 2 km dan bisa ditempuh dalam waktu 15 menit menggunakan perahu kecil.
Desa-desa dengan rumah panggung di Pulau Senggarang menyuguhkan pemandangan yang unik. Desa tua ini dihuni oleh etnis Cina Teochew yang membangun rumah-rumah di atas panggung. Anda juga akan menemukan kuil Cina tertua di Bintan yang terletak dekat dengan Sungai Ular. Sungai ini memang memiliki nama yang mengerikan namun nama tersebut diadopsi bukan karena keberadaan ular yang begitu banyak tapi karena bentuk sungai yang tampak mengular.
Dekat dari Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah terdapat sebuah vihara Budha besar yang disebut Vihara Maitreya. Patung Dewi Quan Yin setinggi 16,8 meter dan berat 40 ton terdapat di dalamnya. Vihara ini sendiri dibangun di atas lahan 10 hektar, dihias indah di bagian pilar-pilarnya dan memiliki patung-patung dengan ukiran yang begitu rumit. Tidak heran kiranya jika banyak yang menyebutkan sebagai vihara terbesar di Asia Tenggara.
Bersantai-santailah di Pantai Trikora yang terletak sekira 65 km dari pusat kota. Akhir pekan begitu ramai di sini, wisatawan dapat tinggal di penginapan sederhana yang disebut Kelong senbari memancing dengan cara tradisonal.
Transportasi
Moda transportasi udara yang semakin memadai membuat Tanjung Pinang semakin mudah dijangkau dari Jakarta. Terdapat beberapa maskapai penerbangan seperti Lion Air, Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia. Selain Jakarta, bandara ini juga menghubungkan Tanjung Pinang dengan Kota Solo, Surabaya, Yogyakarta dan Semarang.
Melalui jalur laut, Terminal Kapal Ferry Sri Bintan Pura melayani rute ke Batam. Anda bisa membeli tiket seharga Rp55 ribu dan waktu tempuhnya sekira 1 jam. Kapal Mv.Baruna yang melayani rute ini meninggalkan Batam menuju Tanjung Pinang mulai dari pukul 08.00-18.00 dengan keberangkatan setiap setengah jam sekali. Sedangkan dari Tanjung Pinang ke Batam ada mulai pukul 07.30-18.00.
Kuliner
Tanjung Pinang adalah surga bagi pecinta kuliner laut, karena beragam makanan dari ikan, kepiting maupun udang tersedia di sini dan disajikan dengan bumbu yang menggugah selera. Dominasi penduduk Cina membuat kota ini dipehuni kuliner Cina tetapi yang khas Melayu seperti masakan Padang pun tetap mudah ditemukan.
Belum ke Tanjung Pinang jika belum menyicipi nikmatnya mie lendir yang terdiri dari mie kuning dan tauge, serta taburan bawang goreng di atasnya. Kuah mie lendir sangat unik terbuat dari kacang dan kental seperti lendir. Kuliner khas ini biasanya disajikan sebagai menu sarapan pagi. Anda bisa menemukannya dengan mudah di warung-warung atau kedai kopi di sekitar Tanjung Pinang.
Akomodasi
Ada banyak hotel di Tanjung Pinang yang bisa direkomendasikan untuk Anda, berikut ini beberapa diantaranya.
Aston Tanjung Pinang Hotel and Conference Center
Jalan Adisucipto km 11
Tanjung Pinang, Bintan, 29125 Indonesia
Telephone +62 771 442947
Email : info@Astontanjungpinang.com
Website : www.aston-international.com
Pelangi Hotel
Jalan Panaitan, Tanjung Pinang
Telephone : +62 852 72121688
Website : www.pelangihotel.com
Bintan Permata Beach Resort
Jalan Pantai Impian 1, Tanjung Pinang
Telephone : +62 771 23661
Laguna Hotel
Jalan D.I Panjaitan Km. 6
Tanjung Pinang
Telephone : +62 771 29182
Comfort Hotel
Jalan D.I Panjaitan , Tanjung Pinang
Telephone : +62 771 41234
Bintan Nirwana Hotel
Jalan Juanda, Tanjung Pinang
Telephone : +62 771 20686
Sampurna Jaya Hotel
Jalan Yusuf Kahar 15, Tanjung Pinang
Telephone : +62 771 21555
Berbelanja
Selain kerajinan kayu, Bintan memiliki panganan khas kue lapis legit dan otak-otak yang bisa dijadikan oleh-oleh. Pangsit goreng dari Bintan pun khas karena memiliki isi abon ikan di dalamnya.
Kue batang buruk juga patut Anda coba. Kue ini memiliki sejarah yang panjang sejak zaman kerajaan melayu berdiri. Dahulu kue batang buruk kerap disajikan untuk bangsawan. Cara membuatnya menggunakan kulit popia yang digulung lalu digoreng, isi kulit tersebut dengan tepung kacang hijau yang telah dicampurkan susu dan gula halus.