Sekilas
Kota Cirebon terkenal memiliki wisata budaya berupa keraton, wisata ziarah, kesenian tari topeng, musik tarling, dan batik trusmi. Telusurilah kota Cirebon dan nikmati wisata masa lalu sambil menapaki sejarah, mitos, legenda, dan budayanya dari kota yang dulunya disebut dengan nama Caruban Larang.
Cirebon memiliki sejarah yang panjang dengan keberadaan tiga keratonnya. Keraton tersebut memiliki peranan penting sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Nusantara abad ke-15 Masehi yang pimpin seorang ulama ternama bernama Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, lahir 1450 M, ada juga yang mengatakan lahir 1448 M. Ia adalah salah satu dari ulama besar di Nusantara dan termasuk salah satu dari Walisongo di Pulau Jawa. Tokoh ini dianggap ulama utama yang menyebarkan Islam di Jawa bagian barat. Sunan Gunung Jati berperan sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubalig, ulama, bahkan sekaligus sebagai sultan pertama Kesultanan Cirebon yang semula bernama Keraton Pakungwati. Sunan Gunung Jati wafat tahun 1568 pada usia 120 tahun.
Kawasan Makam Sunan Gunung Jati terdiri dari dua kompleks makam. Yang utama ialah Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung terdiri sekitar 500 makam, letaknya di sebelah barat Jalan Raya Cirebon-Karangampel-Indramayu. Sementara satu lagi yakni Kompleks Makam Syekh Dathul Kahfi di Gunung Jati, berada di timur jalan raya. Kompleks ini dilengkapi tempat pedagang kaki lima, alun-alun, lapangan parkir, dan fasilitas umum lainnya.
Selain makam Sunan Gunung Jati, sekitarnya terdapat makam ibu Sunan Gunung Jati yaitu Nyi Rara Santang yang datang ke Cirebon sekitar tahun 1475. Selain itu ada pula makam paman Sunan Gunung Jati, yaitu Kian Santang (Pangeran Cakrabuwana) yang menyerahkan kekuasaan Caruban Larang kepada Sunan Gunung Jati pada 1479. Ada juga makam Fatahillah atau Tubagus Pasai, panglima Demak yang membantu Cirebon saat mengalahkan Padjadjaran dan Portugis.
Di komplek ini ada pula makam istri Sunan Gunung Jati yaitu Putri Ong Tien Nio yang berasal dari China. Puteri Ong Tien Nio (Nyi Ratu Rara Semanding) adalah puteri Kaisar Hong Gie dari Dinasti Ming. Hubungan pernikahan antara Sunan Gunung Jati dan Puteri Ong Tien ini telah berpengaruh pada hubungan bilateral Cina dan Cirebon. Selain itu melahirkan akulturasi kebudayaan yang memikat. Temukan akulturasi dua budaya ini pada interior bangunan keraton serta makam Sunan Gunung Jati yaitu berupa hiasan piring porselen indah dari Dinasti Ming yang menempel di dindingnya.
Kegiatan
Peziarah umum diharuskan masuk melalui gapura sebelah timur dan langsung masuk pintu serambi melewati juru kunci yang bertugas. Setelah diizinkan maka peziarah umum dapat menuju ke pintu barat yaitu ruang depan Pintu Pasujudan.
Aroma dupa tercium saat Anda menapaki pintu gerbangnya. Sebelumnya Anda diwajibkan untuk melepas alas kaki dan mengisi buku tamu serta memberi sumbangan secara sukarela kepada pengurus makam.
Kompleks Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung memiliki 9 pintu utama atau disebut Lawang Sanga. Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu: 1) Pintu Gapura, 2) Pintu Krapyak, 3) Pintu Pasujudan, 4) Pintu Ratnakomala, 5) Pintu Jinem, 6) Pintu Rararoga, 7) Pintu Kaca, 8) Pintu Bacem, serta 9) Pintu Teratai. Pusat kompleks Makam Sunan Gunung Jati berada setelah pintu ke-9 yang berlokasi di Puncak Gunung Sembung dan tingginya mencapai 20 meter.
Peziarah umum hanya diizinkan sampai pintu ke-4 yang terletak di serambi muka Pesambangan. Serambi muka dibatasi Lawang Gedhe yaitu pintu pembatas bagi peziarah umum. Di batas pintu serambi muka ini sewaktu-waktu dibuka namun tetap dijaga selang beberapa menit. Dari pintu yang diberi nama Selamat Tangkep itu terlihat puluhan anak tangga menuju Makam Sunan Gunung Jati.
Pintu ke-5 sampai ke-9 hanya diperuntukkan bagi keturunan Sunan Gunung Jati, yakni para sultan dan kerabatnya di Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, serta juru kunci. Selain dari orang-orang tersebut tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati. Salah satu alasannya adalah banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok serta guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam. Keramik-keramik ini masih sangat baik kondisinya dengan warna dan ornamen menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak.
Di sekitar makam Sunan Gunung Djati terdapat pasir malela yang dibawa langsung dari Mekkah oleh Pangeran Cakrabuana. Pasir ini tidak diperbolehkan dibawa keluar dari kompleks pemakaman. Juru Kunci sendiri diharuskan membersihkan kakinya sebelum dan sesudah dari makam agar tidak ada pasir yang terbawa keluar. Pelarangan ini sesuai dengan amanat dari Pangeran Cakrabuana sendiri.
Selain mengunjungi makam Sunan Gunung Jati ada juga makam istrinya yaitu Putri Ong Tien Nio yang berasal dari negeri China. Oleh karena itu, tidak mengherankan yang berziarah ke sini juga ada yang datang dari China. Terdapat banyak keramik menempel di dinding dengan beragam ornamen unik seperti burung, orang Tionghoa, dan bunga-bunga. Keramik-keramik indah ini dibawa Putri Ong Tien Nio langsung dari China.
Di dalam kompleks makam Sunan Gunung Jati terdapat kompleks makam warga Tionghoa di bagian barat serambi muka, dibatasi oleh pintu yang bernama Pintu Mergu. Lokasinya terpisah agar peziarah dari warga Tionghoa tidak akan terganggu saat ritual ziarah pengunjung makam.
Berjalanlah menuju pelataran parkir, Anda akan melihat dua buah bangunan. Bangunan pertama berisi Balemangu Padjadjaran, sebuah bale-bale pemberian dari Sri Baduga Maharaja, raja Padjadjaran yang juga kakek Sunan Gunung Jati atau ayah dari ibu Sunan Gunung Jati, Nyi Rara Santang dan Kian Santang atau Pangeran Cakrabuwana. Bangunan kedua berisi Balemangu Majapahit, sebuah bale-bale berundak-undak yang merupakan hadiah dari kesultanan Demak atas keberhasilan Syarif Hidayatullah mendirikan kesultanan di wilayah Cirebon yang sebelumnya diberi nama Keraton Pakungwati. Di Balemangu Majapahit inilah Syarif Hidayatullah lahir sekitar tahun 1450 dan kemudian dinobatkan sebagai sultan pertama.
Ada juga beberapa sumur di sekitar bangunan masjid, yaitu Sumur Kemulyaan, Sumur Djati, Sumur Kanoman, dan Sumur Kasepuhan. Sumur Kamulyaan yang berada di sekitar masjid ini memerlukan izin terlebih dahulu apabila Anda ingin memanfaatkan airnya. Ada lagi legenda para wali yang berhubungan dengan Sumur Jalatunda yang berasal dari jala yang ditinggalkan Sunan Kalijaga saat dirinya diperintahkan mencari sumber mata air untuk ber-wudhu para wali. Sumur Jalatunda ini dikenal dengan air zam-zam-nya Cirebon.
Secara khusus Anda dapat menyaksikan ritual pembersihkan Makam Sunan Gunung Jati yang dilakukan tiga kali seminggu (hari Senin, Kamis dan Jumat). Dalam kegiatan ini ada rangkaian bunga segar yang disiapkan juru kunci yang bertugas. Penggantian bunga dilakukan setiap hari Senin dan Kamis dimana petugas akan masuk dari pintu yang disebut dapur Pesambangan, sedangkan pada hari Jumat petugas akan masuk dari pintu tempat masuknya peziarah saat siang hari. Petugas Makam Sunan Gunung Jati berjumlah 108 orang, terbagi dalam 9 kelompok, masing-masing 12 orang yang berjaga secara bergiliran selama 15 hari. Kelompok ini diketuai seorang Bekel Sepuh dan Bekel Anom. Seluruh petugas makam termasuk para Bekel dipimpin oleh seorang Jeneng yang diangkat oleh sultan.
Ada riwayat di balik jumlah 108 petugas ini, yaitu berawal saat Sunan Gunung Djati di Kraton Pakungwati menangkap perahu yang terdampar dengan seluruh penumpang berjumlah 108 orang seluruhnya berasal dari Keling (Kalingga) dan berada di bawah pimpinan Adipati Keling. Orang-orang Keling ini kemudian menyerahkan diri dan mengabdi kepada Sunan Gunung Jati dan dipercaya untuk menetap dan menjaga daerah sekitar pemakaman sampai ke anak cucu. Sebagian masyarakat yang bermukim di sekitar kompleks makam adalah keturunan orang-orang Keling tersebut. Oleh karena itu, ke-12 orang yang bertugas tersebut mengemban tugas sesuai dengan jenjangnya sebagai awak perahu nelayan seperti juru mudi, pejangkaran dan lain sebagainya.
Ada juga Masjid Sang Saka Ratu atau Dok Jumeneng yang dulunya digunakan orang-orang Keling tersebut. Di dalam masjid Anda dapat melihat Al-Quran yang berusia ratusan tahun dan dibuat dengan tulisan tangan. Masjid ini memiliki 12 orang yang pengangkatannya melalui prosedur kesultanan dengan tradisi lama yang masih dijalankan. Ke-12 orang tersebut terdiri dari 5 orang pemelihara, 4 orang muadzin, 3 orang khotib ditambah seorang penghulu atau imam. Kecuali penghulu mereka bertugas secara bergilir setiap minggu dengan formasi 1 orang pemelihara, 1 orang Muadzin dan 1 orang Khotib.
Kuliner
Banyak sekali kuliner khas yang bisa Anda temui dari sederet daftar masakan khas Kota Cirebon yang umumnya bercita rasa asin dan pedas. Berikut ini beberapa informasi kuliner khas Cirebon yang sayang untuk Anda lewatkan kelezatannya.
Tahu Gejrot, berupa tahu yang di potong kecil-kecil ditaruh di atas piring kecil dari tanah liat kemudian disajikan dengan bumbu gula merah, cabai serta bawang merah dan bawang putih yang diulek. Dinamakan tahu gejrot sebab bumbu cair yang digunakan sebagai penyedap dialirkan lewat botol dengan cara diguncangkan dan berbunyi “gejrot” berulang kali. Jenis tahu yang digunakan sejenis tahu Sumedang tapi isinya lebih sedikit sehingga terlihat kosong. Cara menyantapnya cukup unik yaitu dengan ditusuk dengan biting (potongan lidi). Pedagang tahu gejrot ini biasanya dipikul atau menggunakan tampah yang diusung di atas kepala penjual wanita. Tahu Gejrot yang cukup terkenal dapat Anda temukan di Jalan Lemah Wungkuk dekat Pasar Kanoman. Di sini disediakan juga paket kemasan dengan bumbu dipisah.
Sega Jamblang, atau nasi jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon yang merupakan tempat asal pedagang makanan tersebut. Sega Jamblang awalnya diperuntukan bagi pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi, tujuannya agar tahan lama dan tetap terasa pulen. Hal ini karena daun jati memiliki pori-pori yang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam waktu yang lama. Penyajian Nasi Jamblang bersifat prasmanan menggunakan meja rendah yang dikelilingi bangku panjang untuk duduk pembeli. Makanan ini menggunakan wadah-wadah yang masih tradisional. Aneka pilihan antara lain sambal goreng, paru, semur hati, perkedel, sate kentang, telur, ikan asin, tahu dan tempe otak goreng dan sambel cabe merah, tidak ketinggalan blakutak, sejenis cumi-cumi yang dimasak bersama cairan hitamnya. Nasi Jamblang ini dapat Anda temukan di Nasi Jamblang Mang Dul, berlokasi di Gunung Sari dekat lampu merah ke arah Jalan Tuparev.
Docang, merupakan perpaduan lontong, daun singkong, toge, dan krupuk yang diberi kuah bumbu oncom atau biasa juga disebut dage yaitu semacam tempe gembos yang telah dihancurkan serta di atasnya diberi parutan kelapa muda. Rasanya cukup unik khas kuah oncom, nikmat apabila disajikan dalam keadaan panas.
Nasi Lengko, adalah makanan khas berupa nasi putih yang panas, tempe goreng, tahu goreng, mentimun segar yang telah dicacah, tauge rebus, irisan daun kucai, bawang goreng, bumbu kacang, kemudian diberi kecap manis dan disiramkan ke atas semua bahan. Lebih enak lagi dimakan ditemani krupuk aci putih. Untuk menambah selera makan, bisa juga disajikan dengan 5 atau 10 tusuk sate kambing. Makanan sederhana ini sarat protein dan rendah kalori. Temukan di Jalan Pagongan, Warung milik H. Barno.
Bubur Sop, merupakan kombinasi dari bubur ayam dan Sayur Sop. Bubur ini disajikan di atas mangkuk diberi bumbu dengan isi berupa kol, daun bawang, dan tauco yang dituangi kuah sop dari kaldu sapi serta ditaburi suwiran ayam serta kerupuk. Kelezatan Bubur Sop bisa Anda nikmati di Bubur Sop Mang Ipin lokasinya di Jalan Raya Plumbon-Sumber KM 1.
Sate Kalong, sate ini bukanlah jenis sate yang menggunakan bahan utama daging kelelawar (kalong Bahasa Indonesianya kelelawar). Sate ini justru menggunakan daging kerbau. Disebut sate kalong hanya sebagai istilah karena berjualan sampai malam hari. Cara berjualan sate ini menggunakan pikulan dan penjualnya menggunakan bebunyian semacam krincingan (klonongan yang sering di pasang di leher kerbau) untuk memanggil pembelinya. Cara penyajian daging kerbau yang sudah diolah dengan bumbu kemudian di tusuk dengan sujen. Ada dua macam rasa, yaitu manis dan asin. Sate Kalong yang nikmat bisa Anda coba di Lemah Wungkuk dekat Toko Manisan Shinta jam 16.00 sampe jam 19.00 kerena lewat dari jam tersebut Anda dipastikan akan kehabisan.
Mie Koclok, disajikan dengan toge, kol, suwiran daging ayam, telor lalu disiram dengan kuah santan. Makanan ini sangat nikmat disajikan panas-panas. Disebut mie koclok karena sebelum disajikan, mienya direndam dulu di air panas melalui tangkai saringan, setelah beberapa menit diangkat dan dikoclok-koclok agar airnya jatuh. Mie koclok yang cukup terkenal ada di kedai di Lawanggada yaitu Mie Koclok Lawang Gada.
Empal Gentong, mirip gulai dan dimasak dengan cara tradisional di dalam gentong atau periuk tanah liat menggunakan kayu bakar pohon mangga. Empal gentong berasal dari Desa Battembat, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Dinamakan empal gentong karena cara memasaknya khas menggunakan gentong. Isinya empal yang terdiri dari potongan-potongan daging seperti usus, babat, dan daging sapi. Makanan ini berkuah kental dan bersantan serta dipenuhi daging dan ditaburi irisan daun kucai. Rasanya sungguh lezat ditemani nasi ataupun lontong. Sambal empal gentong juga sangat unik berupa saripati cabai merah kering yang ditumbuk halus dengan rasa yang cukup pedas. Empal gentong yang cukup terkenal adalah Empal Gentong Mang Darma lokasinya di Jalan Slamet Riyadi.
Berbelanja
Berjalan menuju pelataran parkir Makam sunan Gunung jati, berjajar kios-kios sederhana menjajakan berbagai jenis barang-barang yang biasa digunakan untuk ziarah kubur.
Dapatkan juga oleh-oleh khas Cirebon berupa kerupuk udang, terasi, kecap sampai abon yang terbuat dari udang maupun ikan asin. Oleh-oleh khas lainnya adalah krupuk mlarat dengan bentuk seperti tali rapia yang ruwet dengan beragam warna, merah mudah, kuning, putih, dan hijau. Krupuk mlarat ini digoreng tidak memakai minyak goreng tetapi menggunakan pasir yang sudah dibersihkan terlebih dahulu melalui proses pengeringan dan penyaringan dengan cara di ayak.
Ada juga minuman khas Cirebon yaitu Sirop Tjap Boeah Tjampolay. Sirop ini berbahan alami gula asli, bukan pemanis buatan. Dikemas dalam botol dengan aneka rasa yaitu jeruk nipis, asem, nanas, dan yang paling enak adalah rasa pisang susu. Warna sirupnya juga khas merah, kuning dan hijau. Label botolnya cukup unik yaitu gambar khas buah Tjampolay Kembar yang digambar tangan.
Apabila Anda mengincar batik cirebon maka kunjungi Desa Trusmi, jaraknya sekitar 5 km dari pusat kota Cirebon. Selain aneka batik, disini Anda juga bisa berburu kerajinan tangan seperti topeng khas Cirebon
Akomodasi
Ada banyak hotel dapat Anda temukan di Cirebon. Berikut ini referensinya untuk Anda.
Hotel Apita Green
Jl.. Tuparev 323 Cirebon
Telp. 0231 200748
Grage Hotel Cirebon
Grage Hotel Jl.. R.A Kartini No. 77. Cirebon-Jawa Barat
Telp. 0231 – 222999, Fax : 0231 – 222977
Hotel Asia
Jl.. Kalibaru Slt 15 Cirebon
Telp. 0231 202183
Hotel Asri
Jl.. Karang Getas 25-27 Cirebon
Telp. 0231 210900
Hotel Aurora
Jl. RA Kartini 27 Cirebon
Telp. 0231 204541
Hotel Baru
Jl. Kalibaru Slt 3 Cirebon
Telp. 0231 201728
Hotel Bantani
Jl. Siliwangi 69 Cirebon
Telp. 0231 203246
Hotel Beringin Transit
Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo 74 Cirebon
Telp. 0231 202387
Hotel Bumi Asih Cirebon
Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo 52 Cirebon
Telp. 0231 200667
Hotel Cahaya Murni
Jl. Cemara D Teduh 43 Cirebon
Telp. 0231 204828
Hotel Cirebon Indah
Jl. Tuparev Km 3 Cirebon
Telp. 0231 210140
Hotel Cirebon Plaza
Jl. RA Kartini 64 Cirebon
Telp. 0231 202062
Hotel Cordova
Jl. Siliwangi 87-89 Cirebon
Telp. 0231 204577
Hotel Duta
Jl. Raya Beber 22 Cirebon
Telp. 0231 234787
Hotel Famili
Jl. Siliwangi 66 Cirebon
Telp. 0231 207935
Hotel Fantasia
Jl. Raya Beber Km 10 Cirebon
Telp. 0231 231796
Hotel Ghraria
Jl. Raya Beber Gg Patapan Cirebon
Telp. 0231 242328
Hotel Gunungsari
Jl. Tentara Pelajar 93 Cirebon
Telp. 0231 237685
Hotel Imperial
Jl. Darsono Kec Cirebon Brt 72 RT 024/05 Cirebon
Telp. 0231 207750
Hotel Intan
Jl. Karang Anyar 36 Cirebon
Telp. 0231 244788
Hotel Kharisma International
Jl. RA Kartini 60 Cirebon
Telp. 0231 202295
Hotel Kuningan
Jl. Lawanggada Cirebon
Telp. 0231 231248
Hotel Langensari
Jl. Siliwangi 127-129 Cirebon
Telp. 0231 201818
Hotel Melati
Jl. Pekalipan 62 Cirebon
Telp. 0231 202964
Hotel Niaga
Jl. Kalibaru Slt 49 Cirebon
Telp. 0231 201731
Hotel Noer
Jl. Pekalangan 118 Cirebon
Telp. 0231 209123
Hotel Omega
Jl. Tuparev 20 Cirebon
Telp. 0231 202585
Hotel Padma Indah
Jl. Rajawali Raya 329 RT 003/011 Cirebon
Telp. 0231 232818
Hotel Palapa
Jl. Stasiun 8 Cirebon
Telp. 0231 202380
Hotel Patapan Jaya
Jl. Gronggong Km 10 Cirebon
Telp. 0231 489752
Hotel Parta Jasa
Jl. Tuparev 11 Cirebon
Telp. 0231 209400
Hotel Penta Cirebon
Jl. Syarief Abdurahman 159 Cirebon
Telp. 0231 203328
Hotel Permata Hijau
Jl. Veteran 32 Cirebon
Telp. 0231 200215
Hotel Pinus
Jl. Veteran 32 Cirebon
Telp. 0231 232322
Hotel Priangan
Jl. Siliwangi 108 Cirebon
Telp. 0231 202929
Hotel Prima Cirebon
Jl. Siliwangi 107 2nd Fl Cirebon
Telp. 0231 205411
Hotel Prima
Jl. Siliwangi 107 Cirebon
Telp. 0231 208573
Hotel Rahayu
Jl. Moh Toha 45 Cirebon
Telp. 0231 200322
Hotel Roslitasari
Jl. Brigjen Darsono 8 Cirebon
Telp. 0231 204366
Hotel Santika
Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo 32 Cirebon
Telp. 0231 200570
Hotel Sare Sae
Jl. Siliwangi Baru 70-Kb Cirebon
Telp. 0231 206004
Hotel Setia
Jl. PJKA 1222 CIREBON
Telp. 0231 207270
Hotel Sidodadi
Jl. Siliwangi 72 Cirebon
Telp. 0231 204821
Hotel Sinarjaya
Jl. Stasiun 47 Cirebon
Telp. 0231 200894
Hotel Slamet
Jl. Siliwangi 95 Cirebon
Telp. 0231 202396
Hotel Srikandi
Jl. Tuparev 46 Cirebon
Telp. 0231 206336
Hotel Subur
Jl. Kolektoran 18 Cirebon
Telp. 0231 203326
Hotel Sunyaragi
Jl. Evakuasi 65 Cirebon
Telp. 0231 484448
Hotel Tryas
Jl. RA Kartini 86 Cirebon
Telp. 0231 232833
Hotel Wisma Rajawali
Jl. Rajawali Brt II 5 Cirebon
Telp. 0231 206326
Hotel Zambrud
Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo 46 A Cirebon
Telp. 0231 246201
Transportasi
Untuk mengunjungi kompleks makam Sunan Gunung Jati, lokasinya tidak jauh dari kota Cirebon. Berada di kompleks makam Astana Gunung Jati, letaknya di Desa Astana, Kecamatan Cirebon Utara, tepat di pinggir jalan raya Cirebon – Indramayu. Dari kota Cirebon berjarak sekitar 5 km atau sekitar 10 menit. Jalan masuknya dapat dilalui mobil dan tersedia lahan parkir.
Menuju makam Sunan Gunung Jati Anda akan melintasi jalan setapak berkelok, berpapasan dengan banyak pengemis dan rumah penduduk yang cukup rapat serta masjid yang merupakan bagian dari kompleks makam.
Batas wilayah kompleks makam di sebelah utara adalah Desa Kalisapu, sebelah timur persawahan, sebelah selatan Desa Jatimerta, dan sebelah barat jalan raya. Lingkungan pada kompleks makam adalah hutan jati yang disebut Alas Konda. Luas wilayah kompleks makam ini adalah sekitar 36.350 Ha yang terdiri dari 23,010 ha tanah desa dan 13,340 ha tanah keraton. Temukan lokasinya pada koordinat 06° 40′ 256″ Lintang Selatan dan 108° 33′ 563″ Bujur Timur.
Tips
- Ada banyak peminta-minta saat Anda berziarah, jadi berhati-hati dan tetap sopan kepada mereka. Peminta-minta ini kadang sudah berbaris panjang dari parkiran sampai ke pintu gerbang peziarah. Mereka akan bergerombol berdatangan tidak hanya orang dewasa, melainkan anak-anak bahkan orang tua renta. Saat mereka sesekali menarik-narik baju Anda maka tetaplah tenang dan lebih baik melontarkan senyuman ramah. Macam-macam alasan yang digunakan untuk meminta mulai dari donasi untuk pemeliharaan makam hingga sumbangan sebagai ‘pembuka pintu’.
- Udara kota Cirebon cukup panas, jadi untuk kenyamanan Anda bawalah topi, kacamata, atau payung. Pastikan juga Anda mengenakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat.