Pulau Penyegat yang berada tepat di seberang Tanjung Pinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau, memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia. Di pulau ini pada 1847, Raja Ali Haji yang terkenal sebagai Bapak Bahasa Melayu Indonesia, menciptakan Gurindam Dua Belas sebagai mas kawin yang diberikan kepada Engku Putri Hamidah yang tinggal di Pulau Penyegat.
Raja Ali Haji pada masanya merupakan penyair dan sejarawan yang sangat dihargai. Namanya tidak hanya tersohor di Provinsi Kepulauan Riau namun juga di sebagian besar wilayah Indonesia. Bagi masyarakat lokal Malaysia, khususnya bagi yang tinggal di wilayah Malaka, ia adalah pahlawan yang sangat dihargai.
Kini makam Raja Ali Haji berada di dalam kompleks pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Karya sastra Gurindam Dua Belas dapat Anda lihat dengan jelas karena terletak di sepanjang dinding bangunan makam.
Gurindam sendiri adalah bentuk puisi lama yang termasuk karya sastra klasik. Tiap bait terdiri dari 2 kalimat dengan rima yang sama dan merupakan kesatuan yang utuh. Baris pertama biasanya dikenal sebagai syarat (protasis), sedangkan baris kedua berisikan jawab (apodosis) yang menyatakan keterangan atau penjelasan dari baris pertama tadi.
Gurindam biasanya kental sekali dengan nuansa keislaman karena memang berisikan nasehat untuk masyarakat luas, khususnya masyarakat Melayu. Hal ini berdiri karena mayoritas masyarakat Melayu, terutama yang tinggal di Kepulauan Riau dan memeluk agama Islam.
Sesuai dengan namanya, Gurindam Dua Belas terdiri dari 12 pasal dan dikategorikan sebagai Syi’r al-Irsyadi atau puisi didaktik karena berisikan petunjuk menuju hidup yang diridhai oleh Allah SWT. Selain itu terdapat juga syari’at, tarekat, hakikat dan makrifat. Gurindam Dua Belas diterbitkan pada 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan diterjemahkan dalam Bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.
Berikut ini adalah bunyi dari keduabelas pasal Gurindam Dua Belas.
Gurindam Pasal Ke-1
Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang yang makrifat.
Barang siapa mengenal ALLAH, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barangsiapa mengenal dunia, itulah ia barang yang terpedaya.
Barangsiapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat.
Gurindam Pasal Ke-2
Barangsiapa tiada mengenal yang tersebu , tahulah ia makna takut.
Barangsiapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua termasa.
Barangsiapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri.
Barangsiapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat.
Barangsiapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji.
Gurindam Pasal Ke-3
Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping, kabar jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fiil yang yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat.
Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.
Gurindam Pasal Ke-4
Hati itu kerjanya di dalam tubuh, jikalau lalim segala anggota pun rubuh.
Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang tergelincir.
Pekerjaan marah janganlah dibela, nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah, itulah perampok yang amat gagah.
Barangsiapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barangsiapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur.
Dimana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.
Pekerjaan takabur jangan di rapih, sebelum mati didapat juga sapih.
Gurindam Pasal Ke-5
Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa.
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Gurindam Pasal Ke-6
Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan istri, yang boleh dia menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi.
Gurindal Pasal Ke-7
Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampirkan duka.
Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apa bila anak tidak dilatih, jika besar bapaknya letih.
Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sajalah umur.
Apabila mendengar akan kabar, menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila mendengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah lembut, lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar.
Gurindam Pasal Ke-8
Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya.
Dari pada memuji diri hendaklah sabar, biar daripada orang datangnya kabar.
Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syarik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan, kebajikan diri diamankan.
Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka.
Gurindam Pasal Ke-9
Tahu pekerjaan tak baik,tetapi dikerjakan,bukannya manusia yaitulah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,itulah iblis punya penggawa.
Kepada segala hamba-hamba raja,di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,syaitan tak suka membuat sahabat.
Jika orang muda kuat berguru,dengan syaitan jadi berseteru.
Gurindam Pasal Ke-10
Dengan bapa jangan durhaka, supaya Allah tidak murka.
Dengan Ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ketengah balai.
Dengan istri dan gundik janganlah alpa, supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil, supaya tangannya jadi kafil.
Gurindam Pasal Ke-11
Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat.
Hendak marah, dahulukan hajat. Hendak dimalui, jangan melalui.
Hendak ramai, murahkan perangai.
Gurindam Pasal Ke-12
Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja, tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh anayat.
Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta.