Di siang hari jalur ini ramai dengan hiruk pikuk perniagaan khas kawasan pecinan. Kendaraan takhenti melalui jajaran toko-toko dan perkantoran yang bangunannya bernuansa ruko gaya Tionghoa. Gapura naga yang fenomenal ukurannya tak akan luput dari pandangan para pejalan kaki. Tulisan di gapura itu begitu mudah diingat yaitu terpampang 2 kata: “Kya Kya”.
Sejatinya Kya-Kya hanyalah sebuah jalan raya yang sibuk di pagi hari namun kemudian menjelma menjadi pusat jajanan saat sore hingga malamnya. Kawasan dengan jalan sepanjang 730 meter dan lebar 20 meter ini mampu menampung 200 pedagang. Tersedia di sini setidaknya 2.000 kursi dengan 500 meja makan. Menikmati pengamen dengan suguhan suguhan musik keroncong atau musik klasik Tiongkok adalah hal yang sangat notalgia sekali. Acara tematik kadang digelar di sini seperti Festival Bulan Purnama, Shanghai Night, Dancing on the Street, Agoestoesan Tjap Kya-kya Kembang Djepoen, serta Mystical Night.
Dalam Bahasa Hokkien, kya kya artinya jalan-jalan. Dahulu, jauh sebelum kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata kuliner di Surabaya, Kya Kya belum dikenal. Kawasan ini lebih termasyur dengan sebutan Jalan Kembang Jepun. Pada masa pendudukan Jepang, banyak prajurit Jepang menyinggahi kawasan ini untuk bertemu gadis-gadis lokal yang sering dijuluki ‘kembang’. Kata Jepun sendiri adalah sebutan lain dari Jepang. Sejak itulah jalur ini disebut Jalan Kembang Jepun.
Jalan Kembang Jepun pada masa pemerintahan Hindia Belandadinamakan Handelstraat yang berasal dari dua kata yaitu: handel berarti perdagangan dan straatberarti jalan. Kawasan ini kemudian tumbuh sangat dinamis. Sejarah mencatat bahwa di kawasan inilah Pemerintah Hindia Belanda pernah membagi-bagi daerah sesuai struktur penduduk. Jalan Kembang Jepun sebagai pembatas, Pecinan ditempatkan di sebelah selatan Kalimas yaitu sungai yang mengalir di dekat jalan ini. Sedangkan perkampungan Arab dan Melayu yang sudahhidup di daerah ini berabad-abad lamanya ditempatkan di sebelah utara Kalimas. Disebelah barat, Eropa Kecil pun ditempatkan yang menjadikan kawasan Jalan Kembang Jepun seolah perkampungan internasional dari asal mulanya.
Pemerintah Daerah beserta badan legislatif bertekad mengembalikan keramaian jalur ini demi kepentingan citra kota serta kepariwisataan daerah. Pemerintah setempat menata kawasan yang sempat menjadi daerah yang tak aman saat malamhari. Dari berbagai studi kelayakan dan juga perbandingan dengan destinasi wisata internasional lainnya maka tahun 2003 tepatnya di hari jadi Kota Surabaya ke-710 pada 31Mei maka Kya Kya ditetapkan sebagai kawasan wisata jalan-jalan dan tiap malamnya hadir berbagai kemeriahan. Di sini pengunjung dapat menikmati 200 jenis gerobak makanan dengan beragam cita rasa.
Pengelola kawasan Kya Kya mengadakan sajian budaya beraneka warna, mulai dari live musik bernuansa musik jazz, pop, dangdut, gambus, hingga pentas musik tradisional Arab,Cina, Jawa. Ada pula tarian berbagai pilihan etnis yang memperkaya Kya Kya Kembang Jepun sebagai salah satu pilihan tujuan wisata malam hari di KotaPahlawan, Surabaya.
Tips
- Makanan dan minuman yang tersaji di kawasan ini cukup beragam, mulai dari yang khas Surabaya hingga khas China. Perhatikan jenis makanan bagi Anda seorang Muslim. Memang dominan makanan di sini bernuansa masakan Tiongkok seperti Pangsit Mie dan lainnya. Salah satu restoran tertua dan patut Anda kunjungi adalah Restoran Kiet Wan Kie.
- Pastikan Anda mengunjungi beberapa tempat menarik sekitar kawasan ini, yaitu: Jembatan Merah, pecinan, sertakawasan wisata religi Ampel.