Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau yang lebih dikenal AirNav Indonesia mendukung program pemerintah dalam mengoptimalkan bandara-bandara di jalur selatan Jawa. Direktur Utama AirNav Indonesia, Novie Riyanto, pada Kamis (25/1) menyampaikan bahwa layanan navigasi penerbangan pada sejumlah bandara di jalur selatan akan dit-ingkatkan guna mendorong multiplier effect yang berkontribusi terhadap pertum-buhan ekonomi di wilayah tersebut.
“Terdapat tiga bandara yang menjadi perhatian kami, untuk ditingkatkan level pelayanan navigasi penerbangannya yakni Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya kami akan merenovasi tower dan memperbaiki peralatan navigasinya, Bandara Wirasaba di Purbalingga akan dilakukan pengembangan bandara baru berkolaborasi dengan TNI AU, Pemda, pengelola bandar udara, dan rencananya akan mulai beroperasi pada Desember 2019, serta Bandara New Yogyakarta International Airport di Kulonprogo. Di Bandara Kulonprogo kami telah mengalokasikan dana senilai Rp.79,6 Miliar untuk investasi pembangunan Tower beserta peralatan fasilitas pendukungnya,” terang Novie.
Langkah strategis lain yang dilakukan AirNav Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di selatan Jawa adalah dengan membuka rute penerbangan selatan Jawa (Tango One) sejak 12 Oktober 2017 lalu. Menurut Novie rute ini merupakan rute pen-erbangan domestik pertama yang berbasis satelit. “Rute Tango One ini adalah rute domestik berbasis performance based navigation (PBN) pertama di Indonesia. Selama ini, rute berbasis PBN baru mencakup rute internasional saja. Dengan menggunakan satelit sebagai basis utama navigasi, pengaturan lalu lintas penerbangan akan menjadi lebih presisi dan akurat,” paparnya.
Novie menjelaskan rute selatan Jawa ini perlu dibuat karena penerbangan di sisi utara pulau Jawa merupakan rute penerbangan domestik terpadat di Indonesia. Kurang lebih sebanyak 4000 penerbangan setiap bulannya melintasi jalur utara pulau Jawa ini. “Selama ini rute penerbangan W45, yakni rute yang melayani penerbangan di sepanjang bagian utara pulau jawa, seperti Jalur penerbangan Jakarta-Surabaya-Bali misalnya yang dilayani melalui rute ini, menjadi rute yang sangat padat. Dan menjadi tugas kami AirNav Indonesia untuk mengawal keselamatan penerbangan dengan meningkatkan kapasitas ruang udara dan efisiensi penerbangan, melalui optimalisasi alternatif jalur lain, yakni jalur selatan Jawa. Melalui konsep flexible used of airspace (FUA) yakni membagi penggunaan ruang udara untuk kepentingan sipil dan militer, jalur selatan Jawa mulai akan dikembangkan untuk penerbangan komersil. Kami akan terus berkolaborasi antara sipil dengan militer untuk bisa memaksimalkan penggunaan ruang udara di selatan Jawa ini. Trial sudah beberapa kali dilakukan dan berjalan dengan baik” ujarnya.
Penerbangan sipil menggunakan jalur ini sejak pukul 14:00 – 06:00 waktu setempat, sedangkan penerbangan militer akan menggunakan pada pukul 06:00 – 14:00 waktu setempat. Menurut Novie, meski telah diatur waktu penggunaannya, militer tetap dapat menggunakan rute tersebut secara fleksibel. “Jika militer akan menggunakan jalur ini di luar waktu yang telah ditentukan, maka militer akan menginfokan kami dan kami akan menutup sementara penggunaan jalur ini demi kepentingan militer. Tetapi jika militer tidak memiliki aktivitas pada waktu tersebut, maka penggunaan jalur se-latan Jawa dapat kami maksimalkan untuk penerbangan sipil,” terangnya.
AirNav Indonesia melakukan sejumlah program strategis untuk optimalisasi pengembangan jalur penerbangan selatan Jawa ini agar dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain kesiapan fasilitas dan SDM, prosedur dan koordinasi antara unit layanan navigasi penerbangan terus ditingkatkan melalui pembuatan air traffic services letter of coordination agreement (ATS LOCA) antara Cabang Utama Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) dengan Makassar Air Traffic Service Center (MATSC) serta antara Cabang Utama MATSC dengan Cabang Madya Denpasar. “Kami sedang update standard operation procedure (SOP) untuk melayani jalur ini, kami juga telah menyiapkan LOCA untuk detail separasi, level assignment, dan coordination procedur untuk mengoptimalkan kesiapan kami,” pungkasnya.
Secara umum, optimalisasi dan peningkatan layanan navigasi di jalur penerbangan bagian selatan pulau Jawa ini merupakan salah satu upaya AirNav Indonesia untuk ikut mendukung Pemerintah dalam mendorong pusat-pusat potensi bisnis dan pengembangan ekonomi daerah yang merupakan implementasi Nawacita ketujuh Presiden Joko Widodo, yakni mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, khususnya di wilayah bagian selatan Pulau Jawa. Novie menjelaskan bahwa pengembangan jalur penerbangan di selatan Jawa sesuai dengan program Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan daerah-daerah yang potensial namun selama ini belum dikembangkan dengan maksimal.
Tentang AirNav Indonesia
Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau dikenal dengan Airnav Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan tanggal 13 September 2012. Airnav Indonesia didi-rikan sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan bertugas me-nyediakan pelayanan navigasi penerbangan. AirNav melayani navigasi penerbangan di 275 titik layanan di seluruh Indonesia. Selain itu, AirNav juga melakukan pelayanan navigasi penerbangan di sejumlah ruang udara negara lain. Luas ruang udara Indone-sia adalah 1.476.049 NM, sementara AirNav melayani Flight Information Region (FIR) seluas 2.219.629 NM.
AirNav Indonesia merupakan perusahaan umum (Perum) non-profit dengan business process cost recovery dimana pendapatan perusahaan dimaksimalkan untuk investasi dalam rangka meningkatkan layanan navigasi penerbangan. Nilai Investasi AirNav Indonesia untuk tahun 2017 adalah sebesar Rp.646 Miliar, dimana realisasi kontrak mencapai angka presentase 74%. Pendapatan AirNav Indonesia selama tahun 2017 mencapai angka Rp. 2,7 Miliar dengan nilai pertumbuhan pendapatan dari tahun ke tahun mencapai 10,45%. Untuk tahun 2018 ini, AirNav Indonesia menargetkan pendapatan hingga Rp.3,6 Miliar dengan rencana investasi senilai Rp.2,4 Miliar. Investasi pada tahun 2018 ini ditujukan untuk sejumlah program strategis operasional yakni diantaranya Percepatan Re-alignment FIR Jakarta, Peningkatan Kapasitas Bandara, Peningkatan Keselamatan Navigasi Penerbangan di Papua, Sinergi Pengembangan Bandara Baru, Dukungan Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata, dan Pemusatan Pelayanan Terminal Control Area. (USH)