“Motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata tidak selalu bepergian untuk mencari sesuatu yang otentik ataupun tertuju secara visual pada destinasi. Terkadang, konsep wisata adalah tentang memperluas ruang yang ada di rumah daripada mengunjungi tempat yang baru“. (Coleman & Crang)
PT. KA Wisata membuktikan ini lewat Kereta Wisata Priority yang baru saja diluncurkan pada 4 Agustus 2017 lalu. Meskipun penumpang harus mengeluarkan kocek lebih besar dan waktu yang lebih panjang dibanding menggunakan pesawat, okupasi Kereta Wisata Priority selalu mencapai 100 persen.
“Bahkan ada yang lebih dari 100 persen pada hari-hari tertentu. Kapasitas kereta 30 orang, tapi pernah mencapai 33 orang karena penumpang naik turun. Ada yang berangkat dari Gambir turun di Purwoketo, lalu ada ada yang naik dari Purwoketo sampai Jogja. Bagi kereta api, jangankan 100 persen, okupasi 80 persen saja sudah bagus,” jelas Totok Suryono, Presiden Director PT. KA Wisata.
Kereta Wisata Priority dirancang untuk membentuk pengalaman wisata saat menuju destinasi, sehingga PT. KA Wisata adalah tuan rumah yang melakukan interkoneksi. Pelayanan yang diberikan tidak didapat di kereta api kelas manapun, bahkan di kelas eksekutif. Penumpang akan dilayani dan diberi kenyamanan layaknya di rumah lengkap dengan fasilitas-fasilitas yang mewah.
Gerbong prioritas tersebut memiliki kapasitas 30 penumpang, dilengkapi kursi dan ruang geraknya yang luas, fasilitas hiburan berupa LCD dan karaoke, ruang bagasi tertutup, restorasi, toilet, interior dengan material kayu, serta tata pencahayaan yang bisa diatur untuk kebutuhan tidur. Dalam waktu dekat, PT. KA Wisata akan menambahkan fasilitas wi-fi gratis dan layanan yang menunjukkan dimana keberadaan penumpang.
Ini bukanlah gerbong baru, melainkan gerbong bekas yang direvitalisasi kembali di Manggarai. Saat memasuki gerbong khusus ini, penumpang akan disambut oleh pramu-prami yang terbiasa menangani kelas VVIP. Mereka akan menyuguhkan welcome drink yang dapat diisi ulang di restorasi. Tidak lama setelah kereta melaju, ada hidangan pembuka berupa sup, makanan berat dan penutup. Usai makan, penumpang pun dipersilahkan untuk beristirahat dengan tambahan selimut yang disediakan.
Makanan juga menjadi perhatian khusus. Selain Nasi Goreng Parahyangan yang legendaris, PT. KA Wisata melakukan kerjasama dengan PT. Reska untuk menghadirkan menu lain, diantaranya Nasi Goreng Seafood, Chicken Hainan, Bucket Dori dan Bistik Reska.
“Setiap bulan diganti menunya. Pelanggan kelas priority ini sudah mulai terbentuk. Kalau tidak mengganti menu, orang pasti bosan,” jelas Totok.
Makanan tersebut bervariasi sesuai dengan karakter penikmat Kereta Wisata Priority. Tidak hanya warga Indonesia, turis asing pun menyukai pelayanan kereta ini sambil menikmati pemandangan selama di perjalanan. Mereka adalah pebisnis hingga turis-turis yang ingin melakukan perjalanan wisata dengan fasilitas yang berkelas. Bahkan, ada rombongan keluarga yang bepergian hanya untuk memenuhi rasa penasaran akan pelayanan yang diberikan. Ini berarti, wisatawan rela merogoh kocek dalam-dalam tidak hanya untuk destinasi, tapi juga pengalaman yang disuguhkan oleh industri.
Ada dua cara untuk menikmati pelayanan ini, yaitu menjadi Free Independent Traveler (FIT) atau menyewa satu gerbong sekaligus. FIT dapat membeli tiket secara reguler melalui situs resmi PT. KAI, ataupun pada situs penyedia pemesanan tiket seperti Traveloka dan Pegipegi.
Khusus penumpang FIT, gerbong ini hanya diberangkatkan pada hari-hari tertentu dan kereta tertentu yang membawa penumpang dari Jakarta Gambir menuju Jogjakarta/Solo, ataupun sebaliknya. Kereta tersebut adalah Argo Lawu (20:15) dan Taksaka (20:45) yang berangkat setiap Jum’at dari Jakarta Gambir. Lalu Argo Dwipangga (20:00) yang berangkat hari Minggu dari Solo Balapan menuju Jakarta Gambir. Harga tiketnya mulai dari Rp750-950 ribu per orang. Harga itu sudah termasuk makanan, minum dan gratis masuk ke Anggrek Executive Lounge yang terdapat di Stasiun Tugu Yogyakarta. Pelanggan korporasi juga kerap menyewa gerbong ini, harganya berkisar Rp23 juta namun waktu keberangkatan disesuaikan dengan kebutuhan penyewa.
Stasiun-stasiun yang dilewati tidak berbeda dengan rute regular kereta-kereta di atas. Penumpang bisa saja naik dari Cirebon menuju Yogyakarta, ataupun dari Yogyakarta menuju Solo. Harga tiketnya tidak berbeda dengan harga yang dibandrol untuk perjalanan dari Jakarta Gambir menuju Solo. Meskipun demikian, peminat Kereta Wisata Priority untuk jarak-jarak dekat tersebut juga cukup banyak.
“Untuk rencana jangka panjang, kita kembangkan ke arah Jakarta Semarang dan Surabaya. Hal ini terkait dengan respon masyarakat yang cukup bagus,” lanjut Totok.
“Industri menciptakan fasilitas yang justru membuat wisatawan terlalu nyaman dan terisolasi di dalam suatu ruang, seperti bus dengan fasilitas mewah ataupun hotel dan pesawat yang memiliki segalanya. Wisatawan tidak sepenuhnya ingin lepas dari rutinitas. Justru mereka mencari sesuatu yang familiar, ramah atau friendly dengan kehidupan sehari-hari“. (Coleman & Crang