Sukses baru juga dirasakan oleh travellers yang hendak terbang ke Banyuwangi, Jawa Timur. Mulai Juni 2017, bulan depan, akses udara menuju Banyuwangi dari Jakarta akan semakin terbuka lebar. Tidak tanggung-tanggung, 2 penerbangan dari 2 maskapai yang berbeda!
Yakni NAM Air mulai 16 Juni 2017, dan Garuda Indonesia 21 Juni 2017. “Terima kasih Nam Air dan Garuda Indonesia! Terima kasih Kementerian Perhubungan, yang serius mensupport air connectivity Indonesia, untuk pariwisata,” kata Arief Yahya Menteri Pariwisata RI.
Menurut Arief, yang mencetuskan teori 3A, Airlines, Airports, Authority Airnav itu, penambahan jumlah penerbangan ke Banyuwangi ini juga salah satu bagian dari sukses Rakornas I/2017 Hotel Borobudiur, Jakarta. Temanya: Indonesia Incorporated: Air Connectivity.
Rakornas itu mempertautkan kepentingan pariwisata, airlines, airports, airnavigation authority, masyarakat dan pemerintah daerah. “Semua unsur Pentahelix ABCGM –Academician, Business, Community, Government, Media– bisa bergerak oleh aktivitas pariwisata yang makin kuat,” jelas Arief Yahya.
Pesona pariwisata Banyuwangi pun bakal semakin ngetop. Potensinya sangat kuat, untuk dikembangkan lebih besar.
”Kami sudah mematangkan rencana direct flight Jakarta-Banyuwangi dan sebaliknya. Tim dari Sriwijaya sudah bertemu dengan Wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widyatmoko, Jumat, 12 Mei 2017,” kata Direktur Operasional NAM Air Capt. Daniel Adhitya, Sabtu (20/5).
Setelah membahas banyak hal, NAM Air akhirnya pede untuk menjelajahi rute Jakarta-Banyuwangi PP mulai 16 Juni 2017. Frekwensinya pun konstan. Jadwalnya diset reguler setiap hari. ”Kami akan terbang
setiap hari dengan jadwal pukul 07.00 WIB dari Jakarta menuju Banyuwangi, dan pukul 09.30 WIB dari Banyuwangi menuju Jakarta,” jelas
Daniel.
Pesawatnya pun sudah siap. Untuk Jakarta-Banyuwangi, NAM Air akan menggunakan pesawat jenis Boeing 737 seri 500 berkapasitas 120 penumpang. Pesawat ini melayani kelas bisnis sebanyak delapan seat, sisanya merupakan kelas ekonomi. ”Kami mempersiapkan tim advance untuk mengurus persiapan teknis,safety sampai market-nya, agar target 16 Juni bisa terealisasi,” cetus Daniel.
Lantas mengapa NAM Air berani beroperasi di rute Jakarta-Banyuwangi PP? Secara bisnis, apakah ini akan menguntungkan? Perhitungan
matematis, analisa, hitungan teknis, sampai prospek, memang sudah dihitung.
Dan dari analisa NAM Air, Banyuwangi masuk radar daerah yang layak untuk disinggahi. Potensi pasar pariwisatanya dinilai sangat menjanjikan. Gambarannya sudah sangat jelas terlihat. Belakangan, jumlah wisatawan yang berlibur Banyuwangi angkanya terus naik.
Pembangunan hotel berbintang baru hingga homestay, juga semakin banyak. “Jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi terus melonjak. Pada 2011, jumlah penumpang baru tercatat 7.826 orang per tahun, lalu melonjak hingga 1.339 persen menjadi 112.661 orang pada 2016. Jadi prospeknya sangat besar,” ungkap Daniel.
Ini kemudian mendorong dunia usaha Banyuwangi ikut terkatrol naik. Berdasarkan data Badan Penanaman Modal Jawa Timur, realisasi investasi Banyuwangi menduduki peringkat ketiga di Jatim. Pasar masyarakat
secara umum juga besar, termasuk dunia pendidikan dengan kehadiran sejumlah kampus negeri, seperti Universitas Airlangga (Unair) kampus Banyuwangi yang kini memiliki sekitar 800 mahasiswa dari 17 provinsi, Politeknik Negeri, dan sekolah pilot negeri.
“Banyuwangi juga kerap dijadikan tempat studi berbagai daerah di Indonesia, termasuk dari luar Jawa. Terutama setelah Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) Banyuwangi mendapat peringkat A atau terbaik se-Indonesia. Pertemuan instansi pemerintah dan BUMN/swasta pun mulai sering digelar di Banyuwangi. Jadi kami melihat ini sebagai sebuah peluang yang harus kami ambil,” kata Daniel.
Daniel menambahkan, pasar rute tersebut juga bagus karena bisa menjaring penumpang dari sekitar Banyuwangi, seperti Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Bali barat. ”Daerah sekitar Banyuwangi menjadi market penyangga. Jadi orang Jember atau Bali barat kalau mau
ke Jakarta, bisa ke Banyuwangi dulu. Otomatis ini juga menguntungkan Banyuwangi karena mereka pasti belanjakan uang di Banyuwangi,” ujar Daniel.
Garuda Indonesia juga tak mau ketinggalan. Maskapai berplat merah itu juga ikut membuka rute penerbangan Jakarta-Banyuwangi PP mulai 21 Juni 2017. “Kami sudah melakukan survei. Mulai 21 Juni 2017, rute Jakarta-Banyuwangi PP siap dilayani Garuda Indonesia. Kami optimis pembukaan penerbangan langsung Jakarta -Banyuwangi dan sebaliknya akan meningkatkan jumlah penumpang, karena 20 persen penumpang dari Banyuwangi ke Surabaya adalah yang melanjutkan ke Jakarta,” jelas Vice President PT Garuda Indonesia Region 2 (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara), Flora Izza.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, dengan adanya rute Jakarta-Banyuwangi dan sebaliknya, pariwisata, dunia usaha, dan mobilitas orang akan semakin cepat untuk menggerakkan perekonomian lokal. ”Siapapun silakan masuk, yang penting bisa menggerakkan ekonomi lokal,” ujarnya.
Menpar Arief Yahya pun lagi-lagi mengapresiasi spirit Indonesia Incorpporated yang diperlihatkan NAM Air dan Garuda Indonesia. Niatan NAM Air dan Garuda Indonesia, diyakini akan memperbesar ruang keluar masuk wisatawan ke Banyuwangi.
“Konektivitas udara itu adalah ‘jembatan masuk’ wisatawan untuk datang. Setelah jembatannya terbangun, wisatawan akan makin banyak datang ke Banyuwangi,” ucapnya