Rafflesia: Puspa Langka dari Bengkulu

Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Kelompok Pelindung Rimba Rafflesia (KP2R) berjaga di dalam tenda-tenda sederhana yang terletak di pinggiran Jalan Curup-Lubuk Linggau Km 46. Tenda dibangun membelakangi Hutan Lindung Liku 9, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Mereka secara bergantian waspada selama 24 jam untuk menjaga Rafflesia arnoldii yang sedang mekar dari ancaman lingkungan sekitar.

Hutan Lindung Liku 9 merupakan hutan hujan yang paling terjangkau untuk melihat Rafflesia mekar. Letaknya tepat di pinggir jalan namun Anda harus melewati jalan setapak lagi sekira 30 meter untuk melihat Rafflesia.

Meskipun tidak mengeluarkan bau sama sekali, Rafflesia sudah mengharumkan nama Provinsi Bengkulu sejak 1818. Puspa ini ditemukan oleh Dr. Joseph Arnold dalam sebuah ekspedisi koloni Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles. Itulah sebabnya mengapa dua orang tersebut merangkai nama Rafflesia arnoldii. Bunga ini pertama kali terlihat di dekat Sungai Manna, Kecamatan Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan. Hingga kini dapat ditemukan di 17 titik di wilayah Provinsi Bengkulu. Terdapat juga di Provinsi Jambi hingga daratan Malaysia namun di kedua tempat tersebut jarang dihuni oleh Rafflesia yang mekar.

Tidak ada musim tertentu kapan Rafflesia mekar, kuncupnya bisa mengembang kapanpun namun sekira 7-10 hari kemudian akan menjadi busuk seperti daun-daun kering. Dekat dari Rafflesia, biasanya terdapat calon bunga yang disebut bongkol. Warnanya hitam dan akan berubah menjadi cokelat pucat ketika membesar, bongkol dapat diprediksi waktu mekarnya berdasarkan ukuran. Bisa seminggu kemudian, tiga bulan, enam bulan, atau bahkan satu tahun.

Begitu sulitnya menemukan Rafflesia mekar sehingga keberadaannya sangat berharga. Ketika mekar, anggota KP2R setempat dengan sigap memotong bilah-bilah bambu untuk membuat pagar sederhana di sekitar bunga. Bongkol pun dipagari, tangkai dan dahan pohon yang berjatuhan disingkirkan agar Rafflesia dapat mekar dengan sempurna.

Saat itu juga warga di sekitar Bengkulu akan mengunjungi dan mengabadikan gambarnya, tapi manusia tidak boleh menyentuhkan karena dapat mengakibatkan bercak-bercak hitam pada bunga. Keistimewaan lain dari Rafflesia adalah ukurannya yang sangat besar melebihi diameter bunga pada umumnya. Rata-rata diameter bunga raksasa ini adalah 60-80 sentimeter, namun Hutan Lindung Liku 9 pernah menghidupi Rafflesia dengan ukuran diameter 1,20 sentimeter. Ini adalah bunga terbesar yang pernah ada di dunia.

Rafflesia merupakan bunga yang memiliki pohon inang, keberadaan pohon bisa dipastikan tidak jauh dari tempat bunga ini mekar. Akar pohon inang merambat di dalam tanah, kemudian menumbuhkan bongkol calon Rafflesia di atas permukaan tanah.

Memang agak sulit membedakan pohon inang Rafflesia dengan pohon lain. Tak heran jika pohon inang sering menjadi korban penebangan sehingga Rafflesia tidak bisa tumbuh lagi. Permukaan batang pohon terasa lapuk, namun keras di dalam. Daun-daunnya berbentuk seperti jari tangan mirip dengan daun singkong namun lebih pendek.

Warna Rafflesia arnoldii umumnya merah tua, lalu berangsur gelap ketika hendak membusuk. Bunga ini dihiasi lima buah mahkota luar dan lima buah mahkota dalam. Di tengahnya terdapat organ reproduksi berupa serbuk sari dan putik. Rafflesia arnoldii tidak memiliki daun sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis sendiri dan mengambil nutrisi dari pohon inangnya.

Rafflesia Arnoldii bukanlah satu-satunya jenis Rafflesia yang terdapat di Bengkulu, Anda dapat menemukan tiga jenis lainnya, yaitu: Rafflesia gadutensis yang terdapat di sisi barat Pegunungan Bukit Barisan Kabupaten Mukomuko dan Bengkulu Utara, Rafflesia hasseltii yang ditemukan di Kabupaten Lebong dan memiliki warna merah putih pada kelopaknya, lalu ada Rafflesia bengkuluensis yang warnanya merah pucat dan tersebar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.