Jembatan Ampera: Ikon dan Kebanggaan Palembang

Jembatan Ampera @himsaifanah

Sekilas

Dahulu, Jembatan Ampera bisa dibuka dan ditutup. Sekarang tidak lagi, karena tidak ada lagi kapal besar yang harus melewati bagian bawah jembatan“.

Kalimat di atas tertulis pada beberapa buku yang menceritakan sejarah Jembatan Ampera. Rasanya generasi tua di Kota Palembang masih menyimpan memori yang sama. Bagian tengah Jembatan Ampera yang diresmikan tahun 1965 itu tidak lagi dinaik-turunkan seiring meningkatnya debit kendaraan yang melintas.

Puluhan tahun yang lalu, tidak jauh dari masa-masa peresmian, sebesar 944 ton massa jembatan ini bisa diangkat ke atas dan ke bawah dengan kecepatan sekira 10 meter per menit. Kedua menara Jembatan Ampera dilengkapi pendulum dengan berat masing-masing 500 ton. Bila bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan lebar 60 meter dan lebar maksimum 44,50 meter bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Kemudian ketika bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal yang bisa lewat di bawah jembatan hanya sembilan meter di atas permukaan air.

Kabel-kabel baja yang melintang di atas menara Jembatan Ampera merupakan ciri khas tipe jembatan gantung. Apabila Anda memperhatikan, setiap ujung kabel penggantung akan berakhir di pinggir sungai, di situlah kabel ini ditanamkan untuk mengkokohkan konstruksi inti. Jembatan gantung mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan dengan jembatan lain. Oleh sebab itu jenis jembatan tersebut mampu dibuat lebih panjang.

Ya, Jembatan Ampera membentang sangat panjang sekira 1.177 meter dengan lebar 22 meter dan tinggi 11,50 di atas permukaan air. Jembatan dibangun dengan dana rampasan perang dari Pemerintah Jepang atas perintah Soekarno. Masyarakat menyebutnya “Ampera” karena pemakaian yang secara resmi baru bergulir di masa Orde Baru, sebelumnya jembatan ini dinamai “Musi” karena jiwanya tidak bisa dilepaskan dari lanskap sungai tersebut.

Kini nama Jembatan Ampera tetap dipertahankan merefleksikan  sejarah pembuatannya. Ampera sendiri sangat dekat dengan akronim yang kerap digaungkan saat Orde Baru yaitu “Jembatan Amanat Pemerintahan Rakyat”.

Jelas sekali betapa megahnya Sungai Musi dari atas menara Jembatan Ampera. Di kawasan Seberang Ilir, terlihat pabrik Pupuk Sriwijaya, Pelabuhan Boom Baru, mal, hotel, Masjid Agung Palembang dan Kantor  Walikota Palembang. Bagian Seberang Ulu memperlihatkan kilang minyak di Plaju dan Sungai Gerong, muara Sungai Komering, Stadion Gelora Sriwijaya, Pabrik Semen Baturaja dan muara Sungai Ogan. Koridor Seberang Ilir berada di utara Jembatan Ampera, sementara Seberang Ulu membentang di selatan jembatan. Penduduk Kota Palembang menyadari bahwa terdapat perbedaan tata kota dan karakteristik masyarakat antara Seberang Ilir dan Seberang Ulu.

Secara fungsional Seberang Ilir tumbuh menjadi area komersial dengan nilai ruang yang strategis dan kuat akan pengaruh Belanda, sementara koridor Seberang Ulu tetap berkembang secara vernakular dengan konsistensi pemeliharaan tradisi budaya Kapiten dan Arab. Kondisi kedua lokasi yang berlawanan ini justru secara estetis menjadi keunikan tersendiri, karena dalam kehidupan urban saling berkontribusi memberikan ekspresi nilai strategis kultural.

Kegiatan

Kota Palembang secara utuh dapat dinikmati dari puncak menara jembatan. Lebih dari 200 anak tangga akan mengantar Anda menuju menara yang memiliki dinding-dinding kaca. Di ruang atas disediakan keterangan tentang spesifikasi jembatan yang masih tertulis dalam bahasa Indonesia ejaan lama. Usia jembatan yang tak lagi muda membuat sebagian hurufnya sudah kabur.

Di bawah jembatan pun ditata taman kota yang menjual berbagai jajanan lokal, minuman, hingga barang-barang elektronik. Kawasan ini disebut sebagai Taman Nusa Indah.

Bagian Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang begitu kontras menjadi pilihan atraksi wisata yang luas. Kehidupan tradisional bisa Anda nikmati di wilayah Ulu yang khas akan Kampung Kapiten atau tempat tinggal Tionghoa. Mereka tidak lagi mengkotak-kotakkan etnisnya sendiri melainkan sudah berbaur dengan pribumi. Apabila ingin beralih mencium keseharian yang modern difasilitasi mal, kafe hingga restoran-restoran mewah, wilayah Seberang Ilir memilikinya.

Jembatan Ampera tidak hanya sekadar ikon yang sudah bertubuh dengan Kota Palembang, tapi juga perlambang sejarah dari berbagai era dan peristiwa. Pada 9 Maret 2016 tepatnya saat peristiwa Gerhana Matahari Total terjadi, Jembatan Ampera ditutup pertama kalinya untuk laju kendaraan dan dibuka untuk masyarakat umum yang ingin menikmati gerhana. Saat itu bagian tengah jembatan disulap menjadi restoran terbuka yang menatap langsung detik-detik terjadinya gerhana. Fenomena ini menorehkan sejarah baru bagi Kota Palembang, khususnya Jembatan Ampera, karena belasan ribu penduduk dan wisatawan dari berbagai negara menyebar di sepanjang tubuh jembatan mulai dari pukul 00.00 malam hingga usai terjadinya gerhana pada pukul 09.00.

Kuliner

Berwisata kuliner di sekitar Jembatan Ampera merupakan cara lain menikmati destinasi ini. Ada restoran yang terletak tepat di tepian Sungai Musi menghadap langsung megahnya Jembatan Ampera, sebagian lainnya terletak tidak jauh dari jembatan namun suasana makan yang diciptakan tidak kalah nyaman.

 

Riverside Restaurant

Komplek Benteng Kuto Besak

Jalan Rumah Bari, Palembang

Tlp. (0711) 368222, 8389009

Bukan bangunan seperti rumah yang digunakan, melainkan sejenis kapal besar dengan 3 lantai yang disulap menjadi restoran berkelas. Riverside Restaurant mampu menampung hingga 500 orang. Menu yang ditawarkan beragam mulai dari makanan khas seperti pindag patin, juga bermacam olahan ikan lainnya.

 

Kuto Besak Theatre Restaurant

Jalan Sekanak No.26, Palembang

Arsitektur gaya Eropa klasik membuat restaurant ini memikat mata siapapun yang pertama kali mengunjunginya. Interiornya juga menyempurnakan, dibuat layaknya gedung teater lengkap dengan panggung tunggal dan tirai-tirai besar. Beragam masakan asli Palembang disajikan di dalamnya.

Kampung Kapitan Seafood Restaurant

Jl. KH Azhari-Dermaga 7 Ulu Palembang

Tlp. (0711) 313978

Pemandangan langsung ke Jembatan Ampaera merupakan atraksi utamanya. Sambil menikmati ikon utama Palembang, pengunjung diajak menikmati masakan laut dengan kualitas premium baik bakar, goreng, maupun panggang.

Akomodasi

Dalam jarak kurang dari 2 kilometer dari Jembatan Ampera saja sudah terdapat belasan hotel berbintang yang bisa Anda pilih. Harga hotel-hotel di dekat Jembatan Ampera mulai dari Rp300 ribu hingga di atas Rp1 juta.

Graha Sriwijaya Hotel

Jalan Merdeka No.9, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 373338

Rio City Hotel

Jalan Lingkaran 1 Dempo, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 379696

Emilia Hotel by Amazing

Jalan Letkol Iskandar No.18, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 5630099

Hotel Duta

Jalan Letkol Iskandar, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 372800

Hotel Horison Ultima Palembang

20 Ilir, Ilir Timur, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 388000

Quin Centro Hotel

Kompleks Ilir Barat Permai

Jalan Letkol Iskandar No.1, Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 318989

Royal Asia Hotel

Jalan Veteran No.521, Kepandean Baru, Ilir Tim I, Kota Palembang, Sumatera Selatan

Tlp. (0711) 372372

Transportasi

Jembatan Ampera terletak di Palembang dan mudah diakses dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Jalan Tanjung Api-Api. Bandara ini adalah bandar udara internasional yang dapat diakses dari Malaysia, Singapura, China, dan Thailand. Untuk menuju ke Sungai Musi, Anda dapat naik taksi atau mobil sewaan dari bandara. Jarak antara bandara dan pusat kota sekira 6 km.

Di pusat kota, ada sembilan angkutan umum dan tujuh bus kota dari berbagai tujuan yang dapat membawa Anda ke Ampera.