Pura Pulaki: Aura Religius di sebuah Teluk

Pura Pulaki: Tempat Ibadah di atas Tebing Berbatu yang Menemani Keindahan Panorama sebuah Teluk

Pura Agung Pulaki adalah salah satu pura dengan aura religius yang ditemani keindahan alam memukau. Lokasinya berada di atas tebing berbatu menghadap langsung ke laut dengan pemandangan sekitanya menawan dan berlatar belakang bukit berbatu terjal. Pura suci ini terletak di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Provinsi Bali, tempatnya cukup strategis sebab berada di pinggir Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk.

Berjarak sekira 53 kilometer di sebelah barat Kota Singaraja, pura ini kerap disinggahi umat Hindu Bali yang hendak bersembahyang saat kebetulan mereka lewat dari Gilimanuk menuju Singaraja atau sebaliknya. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah kepada Sanghyang Widhi, Pura Pulaki juga menjadi tempat pemujaan bagi keagungan jiwa Sri Patni Kaniten yang telah mencapai moksa. Sri Patni Kaniten mencapai moksa berkat ajaran ilmu keparamarthan yang dapat dengan mudah ia pelajari dari Danghyang Nirartha. Karena mampu menguasai ilmu tersebut hingga mencapai moksa, Sri Patni Kaniten dipuja sebagai dewa dan dianggap sebagai Bhatari Dalem Ketut. Berdasarkan tinjauan sejarahnya, pendirian Pura Pulaki terkait juga dengan Pura Dalem Melanting dalam hal tirthayatra dari Danghyang Nirartha. Pendirian pura yang tergolong sebagai Pura Kahyangan Jagat dan Dang Kahyangan tersebut diperkirakan pada masa pemerintahan Raja Gelgel, Dalem Waturenggong (1460-1552 M).

Selain itu, Pura Pulaki yang letaknya tidak bagitu jauh dengan Pura Melanting dianggap sebagai predana-purusa atau sebagai tempat pemujaan untuk memohon kemakmuran ekonomi. Tak jarang orang yang datang ke pura ini adalah pedagang atau pengusaha.

Penyungsung pura ini terdiri atas 42 desa adat dan desa lainnya yang ada di Kecamatan Gerokgak dan Seririt. Pura Pulaki disebut-sebut sebagai pusat pura Melanting di Bali, dengan enam Pura Pesanaakannya, yaitu Pura Melanting, Pura Pegaluhan, Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Taman, dan Pura Pemuteran. Keenam pura tersebut berada berdekatan dengan Pura Pulaki.

Di Pura Pulaki yang teramat dijaga kesuciannya ini terdapat tempat yang tidak boleh sembarangan dimasuki bahkan oleh pemangku adat sekalipun. Tempat itu adalah pelinggih utama yang disebut dengan Utamaning Mandala. Demi menjaga kesuciannya, tempat ini harus bebas dari cakar atau injakan kaki. Hanya pada acara atau upacara khusus saja—misalnya upacara ngeteg linggih maka pelinggih utama tersebut boleh dimasuki. Pura ini juga dipercaya merupakan warisan zaman prasejarah dilihat dari tata letak dan struktur pura yang identik dengan bentuk bangunan sarana pemujaan masyarakat prasejarah. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa alat perkakas yang terbuat dari batu berbentuk batu picisan, kapak dan lainnya pada 1987.

Kegiatan
Pura Agung Pulaki berada di titik strategis, yaitu di tepi Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk. Oleh karenanya, pura ini kerap disinggahi pedagang dan pengusaha serta masyarakat lainnya yang kebetulan melewati jalur tersebut. Mereka bersembahyang memohonkan kemakmuran ekonomi dan kelancaran usaha perdagangan.

Terletak di atas tebing yang menghadap langsung ke lautan lepas, pura ini jelas memiliki pemandangan memesona. Aura sakral sudah akan menyambut setiap pengunjung saat melangkah masuk ke dalam pura yang memiliki jaba tengah dan ornamennya terbuat dari batu berwarna hitam. Debur ombak di kejauhan sesekali terdengar dan menambah suasana tersendiri di pura ini. Batuan lava berwarna hitam mendominasi warna bangunan termasuk gerbang masuknya. Gerbang megah ini dibangun tahun 1983 dan diresmikan dengan melakukan upacara khusus. Sebagaimana halnya sebagian besar pura di Bali, Pura Agung Pulaki terdiri dari 3 halaman, jaba, halaman luar, jaba tengah, halaman tengah (jeroan), dan halaman utama.

Mengunjungi pura ini saat bulan purnama akan menyuguhkan pemandangan dan suasana tersendiri dimana sejumlah pemeluk Hindu Bali mengenakan sarung berwarna-warni datang dari berbagai daerah di Bali. Mereka bersembahyang memohonkan kemakmuran dan kesejahteraan. Wisatawan yang datang diperkenankan untuk masuk ke kompleks dengan mematuhi beberapa aturan, diantaranya mengenakan sarung dan membayar sejumlah kecil donasi bagi pura. Saat memasuki pura, berhati-hatilah dengan kera yang banyak terdapat di pura suci ini yang juga merupakan rumah bagi mereka. Pastikan Anda tidak membawa makanan dan jagalah barang bawaan Anda dengan baik agar tidak direbut kera-kera tersebut.

Sebagai pura yang merupakan pusat Pura Melanting di Bali, pura ini berdekatan pura-pura pesanakannya. Dapat dikatakan bahwa pura pesanakannya tersebut mengelilingi Pura Agung Pulaki dengan jarak masing-masing sekira 1,5 km. Pada saat perayaan hari ulang tahunnya (odalan), maka keseluruhan lingkungan pura-pura tersebut merupakan satu kesatuan upacara. Hal ini berarti setelah melakukan sembahyang dan pemujaan di Pura Pulaki, para jemaat juga harus bersembahyang dan melakukan pemujaan serta persembahan di pura-pura pesanakannya.

Dari keenam pura pesanakannya, terdapat Pura Melanting yang dapat Anda sambangi karena terlihat lebih megah setelah melalui tahap renovasi. Berbeda dengan Pura Agung Pulaki yang berada di pinggir jalan raya, Pura Melanting berada agak masuk ke dalam, melintasi hutan-hutan kecil dan rumah-rumah penduduk. Meski begitu jangan khawatir, jalan masuk menuju pura ini cukuplah baik dan tersedia lahan parkir yang luas bagi mobil atau bus yang Anda tumpangi. Pura Melanting biasanya menjadi tempat sembahyang atau pemujaan berkaitan dengan kemakmuran ekonomi, khususnya perdagangan. Tak heran pura ini kerap dikunjungi para pedagang atau pengusaha yang khusus datang bersembahyang.

Transportasi
Pura Agung Pulaki berjarak sekira 132 km dari ibu kota Denpasar, melalui jalur Denpasar–Bedugul–Singaraja. Pura ini berada tepat di pinggir Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk sehingga sangat mudah dicapai dengan berkendara. Terdapat area parkir luas bagi pengunjung pura.

Dari Singaraja, Pura Agung yang semakin megah setelah direnovasi ini berjarak sekira 53 km sebelah barat Singaraja atau berjarak sekira 30 kilometer dari Seririt. Dari Pantai Lovina, pura ini berada sejauh 40 km dari sebelah Barat pantai cantik ini. Sementara dengan Desa Pemuteran yang terkenal dengan keindahan dan usaha pelestarian taman bawah lautnya, pura ini berjarak 10 kilometer.

Akomodasi
Di sekitar lingkungan Pura Agung Pulaki, terdapat beberapa warung kecil serta sejumlah fasilitas berupa penginapan. Area parkir Pura Pulaki juga terbilang luas dan memadai.

Berikut adalah beberapa hotel di sekitaran Pura Agung Pulaki.

Matahari Beach Resort & Spa
JL. Raya Seririt, Gilimanuk, Pemuteran Gerokgak Buleleng 81155, Bali
Telepon: +62-362-92312
Fax: +62-362-92313
Website: http://www.matahari-beach-resort.com/

Amertha Bali Villas
Dusun Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali
Telepon: +62-362-94831 / +62-828-9703-0015 / +62-828-9703-0016
Fax: +62-362-94755
Email: info@amerthabalivillas.com
Website: http://www.amerthabalivillas.com/

Taman Sari Bali Resort & Spa
Website: http://www.balitamansari.com/

Tips
Memasuki kawasan pura suci ini maka hendaknya Anda mematuhi sejumlah aturan yang ditetapkan seperti misalnya perihal pakaian dan bersikap sopan di lokasi tempat ibadah.

Mengingat pura ini adalah juga rumah bagi sekelompok kera jadi berhati-hatilah menjaga barang bawaan Anda. Kera-kera tersebut tidak segan-segan merebut makanan atau barang bawaan yang dibawa oleh wisatawan terutama tas dan kaca mata.