Capaian Kunjungan Wisman dan Pergerakan Wisnus hingga Oktober 2015

Dengan estimasi capaian kunjungan tersebut maka proyeksi devisa yang dihasilkan adalah US$11,9 miliar atau setara Rp163 triliun. Dengan capaian tersebut, rata-rata lama tinggal wisman selama berlibur di Indonesia adalah 8,50 hari dengan pengeluaran sebanyak US$1,190 wisman/per kunjungan.

Kunjungan bulanan wisman 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan 2014 kecuali bulan Januari dan Juni karena adanya pergeseran perayaan Imlek dari Januari ke Februari, juga pergeseran bulan Ramadhan di bulan Juni.

Sementara itu, jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang melakukan perjalanan pada Januari hingga Oktober 2015 sebanyak 208 juta perjalanan, dengan estimasi November dan Desember masing-masing sebanyak 22,5 juta dan 27,5 juta perjalanan.  Dengan demikian hingga akhir tahun 2015, diprediksi jumlah wisnus yang melakukan perjalanan sebanyak 255,05 juta atau di atas target yang ditetapkan yaitu 255 juta perjalanan wisnus. Dari jumlah perjalanan wisnus tersebut, total uang yang dibelanjakan mencapai Rp224,68 triliun dengan perhitungan pengeluaran per perjalanan setiap wisnus adalah Rp880,925.

Arief Yahya memaparkan lebih jauh kinerja pariwisata selama 2015 antara lain: kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 4,23% atau melampaui target 4%, sedangkan dalam penyerapan tenaga kerja (langsung, tidak langsung dan ikutan) sebanyak 12,16 juta atau di atas target 11,3 juta tenaga kerja.

“Secara garis besar, kebijakan dalam mengembangkan pariwisata selama tahun 2015 sudah on the track sehingga target-target yang kami terapkan telah tercapai”, kata Arief Yahya pada Jumpa Pers Akhir Tahun di Kementerian PaRabu (30/12).

Kemenpar telah menetapkan target untuk tahun 2016 dengan angka-angka yang optimis yakni sebesar 12 juta wisman dan devisa sebesar Rp172 triliun. Jumlah perjalanan wisnus tahun 2016 diproyeksikan sebanyak 260 juta perjalanan dengan yang dibelanjakan sebesar Rp223,6 triliun. Sementara itu, kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional diproyeksikan akan meningkat menjadi 5% dan jumlah lapangan kerja yang diciptakan menjadi 11,7 juta tenaga kerja.

Untuk mendukung target tersebut, Kemenpar bersama stakeholder pariwisata telah menyiapkan rencana untuk melanjutkan strategi pemasaran, yakni fokus pada branding Wonderful Indonesia di negara-negara pasar utama. Dalam mencapai ini maka dilakukan kampanye komunikasi pemasaran yang masif melalui saluran media internasional (cetak, elektronik, dan online) maupun media luar ruang (bus, taksi, MRT, stasiun bus, kereta, dan pusat perbelanjaan) dengan menampilkan gambar-gambar destinasi wisata Indonesia, serta kegiatan promosi offline dengan mengikuti pameran pariwisata internasional, sales mission, serta fam trip.

Menpar juga menjelaskan kesiapan pariwisata dalam menyambut diberlakukannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2016 antara lain dengan mempersiapkan 28 standar usaha pariwisata (7 standar usaha pariwisata sudah ditetapkan Kepmen dan 21 diantaranya masih dalam draft) serta menyiapkan 1.500 auditor standar usaha pariwisata. Kemenpar memfasilitasi sertifikasi kompetensi tenaga kerja bidang pariwisata serta pendirian 12 Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) bidang pariwisata.

“Pariwisata sejak jauh hari telah mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA terutama dalam kesiapan sumber daya manusia (SDM). Dari tahun 2007 hingga 2015, Kemenpar telah memberikan 81.627 sertifikasi kompetensi kepada tenaga kerja bidang pariwisata yang bekerja di 12 sub-sektor pariwisata antara lain hotel & restoran, spa, biro perjalanan wisata, tour leader, tata boga, MICE, arung jeram dan selam,” lanjut Arief Yahya.

Dalam kesempatan tersebut, Arief Yahya juga menyampaikan 10 destinasi wisata prioritas di 2016 yang akan diakselerasi pembangunannya, yaitu Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Morotai (Maluku Utara), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur). Sepuluh destinasi ini mengerucut setelah sebelumnya Kementerian Pariwisata memfokuskan pada 25 kawasan strategis.