Selain keindahan pantai pasir putih yang dimiliki Pulau Belitung, kawasan ini juga dikenal dengan banyaknya jenis batuan, seperti batu granit, batu timah, dan batu satam. Ketiga jenis batuan tersebut menjadi ikon pariwisata di Pulau Belitung dan sekitarnya. Keunikan keberadaan batu granit di Belitung bahkan menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan untuk menikmati keindahan pantai pasir putih dengan batu-batu raksasa layaknya membentuk sebuah taman laut alami yang sangat memesona.
Ragam bentuk batu granit yang unik itu kemudian menjadi identitas pada nama yang dikenal dari beberapa pantainya. Seperti batu-batuan yang terdapat pada Pulau Burung, Pantai Tanjung Kelayang, dan Pantai Tanjung Tinggi, Bukit Berahu, dan lainnya. Dengan kekayaan batu alam yang dimilikinya menjadikan pulau Belitung sebagai tempat tujuan geowisata di sekitar pantai.
Batu-batu granit raksasa yang dapat Anda temukan di Belitung merupakan bagian dari batuan beku yang menjadi batuan dasar Indonesia bagian barat. Batuan dasar ini disebut dengan batolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari dapur magma karena penurunan di dalam gunung api. Batolit ini membeku jauh di bawah permukaan Bumi pada kedalaman puluhan kilometer karena proses tektonik tersebuts mengalami pengangkatan bahkan beberapa diantaranya mengalami pematahan dan peretakan.
Deformasi ketika batu-batuan ini muncul di atas permukaan Bumi dipengaruhi oleh proses pelapukan dan erosi atau abrasi yang terjadi berulang-ulang selama jutaan tahun. Sehingga batu-batu ini terlihat seperti bongkahan besar yang terpisah-pisah, padahal yang kita lihat adalah hanya bagian atas dari tubuh batuan granit yang sangat besar yang ada di bawah permukaan Bumi. Batu-batu yang membentuk sebuah taman alam yang elok ini ada sejak 200 juta hingga 655 juta tahun yang lalu, termasuk dalam kategori umur Trias hingga Kapur era Mesozoikum. Sedangkan dalam seluruh intrusi pembentukan batuan ini sudah diendapkan sejak era Paleozoikum.
Dalam pemetaan yang dilakukan oleh Baharuddin dan Sidarto, usia batu granit dikelompokkan berdasarkan lokasinya. Pengelompokan ini menjelaskan granit tertua berumur Trias (Triassic) yaitu sekira 208 – 245 juta tahun yang lalu. Batu granit usia Trias tersebar di Belitung bagian barat laut, yang meliputi Pantai Tanjungtinggi, Pulau Kepayang, dan Pulau Lengkuas. Hal ini ditunjukkan dengan batu-batu berwarna abu-abu terang, berkristal kasar hingga sangat kasar. Granit ini kaya akan mineral kasiterit primer, merupakan salah satu mineral pembentuk timah.
Berikutnya adalah granit berumur Zaman Jura (Jurasic), sekira 106 – 245 juta tahun yang lalu, tersebar di bagian selatan Belitung di Pantai Penyabong, Bukit Baginde, dan Pantai Klumpang. Batu-batu yang berasal dari periode Zaman Jura ini berwarna abu-abu hingga kehijauan. Jenis batu ini struktur butirannya kasar hingga sangat kasar, dan banyak ditemui xelonit, yaitu batuan lain yang masuk atau tertanam di dalam granit.
Terakhir adalah granit yang paling muda berumur dari periode Kapur (Cretaceous) yang tersebar di timur laut Belitung, di Pantai Burungmandi dan Gunung Bolong, Tanjung, yang lebih intermedier dan dikenal sebagai Granodiorit Burungmandi, serta dalam sebaran terbatas di Gunung Batubesi dan Air Dengong sebagai Diorit Kuarsa Batubesi yang mengandung banyak hematite atau timah primer. Warna batu ini umumnya lebih gelap karena lebih banyak kandungan mineral berwarna gelap felspar. Struktur butirannya sedang dan tidak kasar.
Batuan yang usianya lebih muda ini juga memiliki kandungan timah yang lebih kaya. Tentunya pembentukan timah yang ditemukan di pulau ini mengalami proses yang sangat lama hingga ribuan tahun, yaitu melalui proses erosi dan aliran air ke arah lereng yang lebih rendah sampai terkumpul endapan mineral kasiterit dalam jumlah berlimpah, sehingga alam memisahkan mineral pasir kasiterit dengan pasir batu lainnya.
Dengan adanya batu-batu granit yang tersebar di pantai dan laut pulau Belitung memungkinkan terbentuknya bijih timah yang menjadi sumber daya mineral alam khas pulau ini. Bahkan, sejak lama Belitung menjadi sumber penghasil timah terbesar di Indonesia bahkan di dunia. Kedua potensi alam ini, batu granit dan timah, tidak terpisahkan sehingga membawa dampak sebagai tujuan geowisata yang dalam definisinya mencakup aspek budaya, lingkungan, dan sosial masyarakatnya.
Sejarah perjalanan penambangan timah di kawasan Belitung dapat Anda lihat di Museum Pemerintah Kabupaten Belitung. Selain itu juga terdapat situs Danau Kaolin Kolong Murai bekas penambangan kaolin, dan Taman Hiburan Kolong Keramik di Desa Lesong Batang, Kecamatan Tanjung Pandan. Situs lainnya yang juga dapat menambah wawasan Anda untuk menelusuri jejak pertambangan timah di Belitung juga terlihat pada Hotel Biliton yang terletak di Pusat Kota Tanjung Pandan, hotel yang merupakan bangunan peninggalan bekas kediaman Kapiten Ho A Joen sebagai Kapiten Cina pertama yang terkait dengan proses penambangan dan pengolahan timah di Pulau Belitung, dan tempat lainnya masih dapat Anda temukan untuk dijadikan tujuan geowisata Anda di Pulau Belitung.