Peresean adalah pertarungan adu nyali lelaki suku Sasak. Mereka bersenjatakan tongkat dari rotan (penjalin) yang bagian ujungnya dilapisi balutan aspal dan pecahan beling halus. Ini jelasnya adalah pertunjukan adu keberanian, ketangkasan dan ketangguhan lelaki Sasak.
Sang petarung (pepadu) dilengkapi perisai dari kulit kerbau (ende) yang tebal dan keras. Saat petarungan berlangsung akan ada wasit (pekembar tengaq) yang memimpin di tengah pertarungan. Selain itu, ada juga wasit di tepi lapangan (pekembar sedi) yang bertugas menilai pasangan yang bertarung.
Kostum yang digunakan pepadu tergolong sederhana yaitu bertelanjang dada, menggunakan penutup kepala khas sasak (capuk) serta sarung khusus berupa kain adat. Pada kain tersebut diikat Bebet yang biasanya diselipkan bebadong atau jimat kesaktian sebagai penghilang rasa sakit bagi pepadu.
Peresean tergolong unik karena untuk memilih calon pepadu, pekembar tengaq akan menunjuk langsung calon pepadu dari para penonton yang hadir atau pepadu yang telah memasuki arena pertarungan peresean memilih sendiri calon lawannya dengan menantang salah seorang di antara penonton. Setelah pepadu terpilih untuk bertarung selanjutnya memulai pertarungan.
Ada beberapa peraturan dalam peresean yaitu berikut ini.
- Peresean diadakan selama 5 ronde. Setiap akhir ronde tersebut terdapat tiupan peluit panjang dari pekembar tengaq yang memimpin pertarungan.
- Apabila bagian tubuh dari salah satu pepadu mengeluarkan darah maka secara otomatis dinyatakan kalah.
- Tiap Pepadu hanya diperbolehkan memukul bagian atas dari tubuh lawan.
- Nilai tertinggi akan didapatkan oleh pepadu jika ia mampu memukul kepala lawan.
Selama pertarungan peresean terdapat alunan musik gending yang berasal dari gong, kendang,rencek / simbal, kajar, dan suling. Musik tersebut untuk menggugah semangat bertanding sang pepadu. Sedikitnya ada 3 jenis alunan gending yang akan dimainkan, yaitu:
- gending ngadokang atau gending rangsang, dimainkan pada saat pengadok (pencari pepadu) mencari calon Pepadu beserta lawan tandingnya diantara penonton.
- gending mayuang, yaitu tabuhan gending yang bertanda bahwa sepasang Pepadu telah siap untuk berlaga.
- gending beradu, tabuhan gending yang iramanya ‘bongbong’ atau membakar semangat dan menyulut emosi para pepadu. Penonton akan mulai bersorak ketika gending ini mulai dimainkan dan pertarungan dimulai.
Sambil menari mengikuti irama tabuhan musik, pepadu akan saling mengahalau dan menyabet dengan penjalin satu sama lain tanpa rasa cemas dan takut cedera. Pepadu yang sedang bertarung di tengah arena diperbolehan untuk memamerkan keahlian bela diri yang dimiliki.
Pertarungan peresean diakhiri dengan tiupan panjang oleh Pekembar. Kedua Pepadu kemudian akan bersalaman dan berpelukan sebagai tanda tidak ada dendam yang disimpan karena peresean adalah permainan dan hiburan saja.
Dahulu Peresean merupakan salah satu dari serangakaian upacara adat suku Sasak yang dilaksanakan bulan tujuh menurut kalender Sasak. Tujuannya adalah untuk meminta turunnya hujan di musim kemarau atau acara besar kerajaan. Suku Sasak percaya sebagaimana kepercayaan nenek moyang mereka semakin banyak darah tertumpah maka kemungkinan hujan turun akan semakin nyata.
Saat ini Peresean tidak hanya untuk kegiatan ritual saja namun diadakan untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia dan hari besar lainnya yang menjadi tontonan yang unik bagi wisatawan.
Bagi Anda yang ingin melihat pertunjukkan peresean dapat berkunjung ke Pasar Sesela yang berlokasi di Desa Sesela, Gunung Sari. Setiap 17 Agustus Anda dapat menyaksikan Peresean di Festival Mataram di Taman Udayana, Mataram, NTB.