Koffie Fabriek Aroma Bandoeng: Toko Kopi Legendaris Nusantara

Apakah anda percaya bahwa pemilik kedai kopi dunia Starbucks, yaitu Howard Schultz pernah datang jauh-jauh ke Bandung dari Seattle, Amerika, hanya untuk menuntaskan rasa penasarannya terhadap kenikmatan kopi legendaris Nusantara ini! Apa yang menjadikan Koffie Fabriek Aroma Bandoeng begitu digemari dan bertahan selama puluhan tahun?

Bukan cafe atau pun kedai kopi! Orang mungkin juga tidak akan mengira tempat ini masih bertahan di tengah hiruk pikuk kota Bandung. Di antara berseliwernya kabel tiang listrik dan penjual kaca lampu mobil bekas warna warni, di situ masih bertahan dengan bersahaja pabrik sekaligus toko kopi legendaris Nusantara. Namanya adalah, Koffie Fabriek Aroma Bandoeng!

“Paberik Kopi” itulah yang tertulis di tembok putih usang bagian atas bangunan langgam Art Deco di Jalan Banceuy 51, Kota Bandung. Wilayah ini dulunya memang Pecinan China dan salah satu dari pusat niaga tertua di Bandung. Bertanyalah pada tukang parkir atau orang yang Anda temui di jalanan sekitar maka mereka langsung akan menunjukan arahnya kepada Anda.

Pagi hari pukul 06.00 WIB, Widya Pratama Tanara sudah bergegas memeriksa mesin kopi di pabriknya yang berumur sekira 80 tahun. Ia meneruskan tongkat estafet usahanya tersebut dari sang ayah, Tan Houw Sian. Berkunjunglah ke sini dan resapi salah satu contoh nyata filosofi dan tradisi bisnis Tionghoa, yaitu “Orang tua yang merintis dan sang anak yang mengembangkan”. Koffie Fabriek Aroma Bandoeng dijalankan bukan saja ‘dilakukan dengan baik’  tetapi juga ‘dilakukan dengan benar’.

Itu karena memang Koffie Fabriek Aroma Bandoeng mempertahankan proses pengolahan kopi kualitas tinggi secara konsisten selama puluhan tahun. Percaya atau tidak Koffie Fabriek Aroma Bandoeng dalam tiap bungkusnya adalah kopi yang sebelumnya disimpan selama bertahun-tahun. Untuk sebuah kopi mokka arabika maka itu disimpang selama 8 tahun dan kopi robusta disimpan selama 5 tahun. Setelah masa yang cukup lama tersebut barulah kopi diolah dalam beberapa tahapan lalu diteguk setiap hari oleh penikmatnya.

Tujuan penyimpanan kopi dalam waktu lama ini adalah agar tingkat keasaman dan kadar kafein bisa berkurang atau hilang sehingga setiap orang yang meminumnya tidak akan bermasalah dengan ketidaknyamanan perut. Kopi yang berkualitas bagi Widya Pratama haruslah sehat dan tidak dicampur zat kimia. Itulah sebab, penikmat kopi legendaris ini bukan hanya seputaran Nusantara melainkan hingga ke Jepang, Australia, Belanda, Amerika Serikat, dan Kanada. Koffie Fabriek Aroma Bandoeng sejak puluhan tahun telah memasok kopinya ke berbagai hotel dan cafe ternama di Nusantara dan mancanegara.

Di sini diproses dengan mesin pembakaran berbahan bakar kayu dari pohon karet. Apa tujuannya? Itu agar penyerapan panas merata dan dapat mematangkan kopi secara perlahan sehingga keluarlah aroma asli kopi yang nikmat. Dengan bahan bakar kayu pohon karet itu juga membuat asap yang mengepul tidak menghitam legam mengotori langit biru Kota Bandung.

Apa Anda setuju bila dikatakan untuk menikmati kopi tanpa tahu asal usulnya rasanya kurang sedap? Ya, menikmati kopi akan lebih sedap apabila kita tahu prosesnya, tahu juga sifat dan cara menyajikannya. Beda penyajian maka bisa beda rasa, benar tidak?

Koffie Fabriek Aroma Bandoeng dikatakan penikmatnya bukan saja memberi kepuasan rasa tetapi nyatanya menggelontorokan candu yang sehat. Bisa jadi memang kopi ini memiliki kekuatan seperti juga asal kata kopi yaitu dari kata qahwah (Bahasa Arab) yang artinya kekuatan karena memiliki energi tinggi.

Pembeli yang datang diperkenankan melihat langsung proses pembuatan kopi tersebut. Di toko kopi ini juga akan Anda lihat beragam peralatan pengolah kopi seperti mesin grinder dan roasting dari masa Hindia Belanda. Di sini berderet pula toples kaca antik yang sudah ada di situ sejak tahun 1930-an dan diyakinkan tidak ada yang memproduksinya lagi.  

Nah, sekarang bagaimana sebenarnya Koffie Fabriek Aroma Bandoeng ini diolah? Buah kopi arabika (hanya yang sudah matang) dipesan langsung dari Aceh, Medan, Toraja, Floresdan Jawa Tengah. Sementara itu, untuk buah kopi robusta (hanya yang sudah matang) berasal dari Bengkulu, Lampung dan Jawa Tengah. Koffie Fabriek Aroma Bandoeng jelas-jelas memproduksi campuran kopi (blend) dari berbagai petani kopi di Nusantara dan tidak dari luar negeri.

Buah kopi yang baru datang akan dijemur terlebih dulu beberapa jam untuk mengurangi kadar air. Berikutnya kopi akan dimasukan ke dalam karung goni berwarna coklat untuk disimpan selama 5 hingga 8 tahun. Karung itu akan diberi nomor penanda seperti tanda lahir seseorang. Karung goni dipandang memiliki  ruang udara yang lebih baik ketimbang kertas, besi atau pun plastik. Proses penyimpanan tersebut bertujuan untuk mengurangi kandungan asam dan kadar kafein. Biasanya biji kopi arabika yang memiliki tingkat keasaman lebih tinggi disimpan selama 8 tahun dan untuk kopi robusta disimpan selama 5 tahun.

Untuk membedakan kopi yang berumur muda dengan yang berumur lama maka cobalah Anda pukul karung goni tersebut. Karung goni yang keras menunjukan sudah berumur lama dan yang lebih lunak maka itu baru 1 atau 2 tahun saja. Bila waktunya tiba karung goni akan dibuka dan biji kopi disangrai selama beberapa jam dalam mesin roaster berbetuk bulat dengan bahan bakar kayu dari pohon karet.

Kemudian, biji kopi yang selesai disangrai akan didinginkan lalu diseleksi dalam mesin untuk memilah biji kopi dari ampas dan biji yang kualitasnya kurang bagus. Setelah itu, dilanjutkan proses penggilingan biji kopi menjadi bubuk kopi siap kemas. Pengemasan kopi berlangsung pagi hari langsung di depan pembeli. Pembeli juga akan melihat langsung bubuk kopi yang ditakar, ditiimbang, lalu dibungkus dalam kertas putih berlapis plastik bening.

Ada satu lagi yang khas tidak berubah dari bungkusan sederhana Koffie Fabriek Aroma Bandoeng, yaitu tertera tulisan dalam 2 bahasa yaitu bahasa Belanda dan Bahasa Indonesia dengan ejaan lama. Ini tulisannya:

“Maoe minoem Koffie selamanja enak? aromanja dan rasanja tinggal tetep, kaloe ini Koffie soeda di boeka dari kantongnja harep di pindahken di stopfles atawa di blik jang ter-toetoep rapet. Djangan tinggal di kantong!”

Koffie Fabriek Aroma Bandoeng hanya menjual dua jenis kopi yakni, pertama, kopi robusta seharga Rp 12.500,- per 250 gram dan kedua, kopi mokka arabika seharga Rp17.500,- per 250 gram. Harga kopi tersebut biasanya naik sekira 10% per tahunnya.

Ada hal lain yang berbeda dalam pola penjualan Koffie Fabriek Aroma Bandoeng. Kopi ini dijual terbatas dimana seseorang hanya dapat membeli 10 kg paling banyak dan kopi yang dijual dalam satu hari hanya untuk hari itu saja. Tujuannya lagi-lagi agar kualitas kopi tetap segar dan tidak disimpan terlalu lama sehingga berkurang kualitasnya. Masuki toko ini dan perhatikan sejak pukul 08.00 (pagi) orang sudah mengantre untuk mendapatkan kopi kesayangannya. Itu berlangsung hingga pukul 15.00 (sore).

Ada beberapa tips untuk penyimpanan kopi ini. Simpan kopi di tempat kedap udara atau di dalam frezer lemari es. Apabila Anda membawanya ke luar Bandung maka jangan letakkan di bagasi mobil tetapi di bagian depan dekat AC mobil. Itu agar bau oli mesin tidak mencampuri harumnya aroma kopi ini.

Bagaimana cara penyajian kopi ini?

Perhatikan dengan seksama! Sajikan kopi dalam cangkir atau gelas yang ketebalannya lebih daripada gelas bening agar suhu tidak cepat dingin. Seduhlah kopi dengan air mendidih lalu biarkan sekira 2 menit agar larut. Berikutnya tambahkan gula secukupnya.

Nah, sekarang memahami jenis kopinya. Apabila Anda membeli kopi robusta maka ini cocok bagi penderita diabetes, darah rendah, dan untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan. Bukan tanpa alasan! Kopi ini pernah diteliti seorang proffesor dari Rumah Sakit Hasan Sadikin di Bandung. Hasilnya memang disarankan kopi jenis robusta dapat bermanfaat bagi penderita diabetes. Bukan itu saja, bubuk kopi ini juga bila ditaburkan pada luka penderita diabetes kategori ringan maka dapat mengeringkan lukanya. Kopi robusta juga cocok untuk Anda yang butuh tetap melek dan konsentrasi seperti saat kerja lembur atau menyetir jarak jauh. Minumlah kopi jenis saat malam hari ketika hendak beristirahat.

Sementara itu, untuk untuk kopi jenis arabika berbeda. Kopi ini yang lebih lembut, akan cocok untuk penderita darah tinggi. Kopi arabika juga nikmat diminum saat Anda merasa santai.

Kesahajaan dan kejujuran adalah resep sang pemilik Koffie Fabriek Aroma Bandoeng

Saat Anda mengunjungi Koffie Fabriek Aroma Bandoeng maka jangan lupa untuk mengenali sosok Widya Pratama. Kakek 1 cucu ini juga sebenarnya seorang dosen pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Ia secara berkala mengajar mata kuliah operation management dan entreuprenership. Pastinya beliau juga akan bercerita kepada Anda tentang bagaimana ia diangkat anak oleh seorang Guru Besar Ekonomi Indonesia, yaitu Almarhum Proffesor R. Sumitro.

Sejak tahun 1971, Widya Pratama menjadi pewaris pabrik kopi seluas 1.300 m² tersebut. Ia meneruskan tongkat estafet perusahaan yang sudah menjadi kebiasaan mendarah daging dari penguasa Tionghoa, yaitu “Orang tua yang merintis dan sang anak yang mengembangkan”. Dari keuletan dan kejujurannya-lah Koffie Fabriek Aroma Bandoeng dikenal luas di kalangan pecinta kopi baik dalam maupun luar negeri. Pria kelahiran Bandung, 16 Oktober 1952 itu tidak banyak melakukan perubahan hanya terus secara konsisten menjaga kualitasnya dan sekali lagi bekerja dengan kejujuran!

Widya Pratama tidak berniat membuat usaha kopinya lebih besar dari yang sekarang. Baginya perusahaan warisan tersebut sudah cukup sesuai dengan kemampuannya mengelola. Ia khawatir jika diperbesar justru akan menurunkan kualitas kopi yang dihasilkan. Lagi pula, baginya berbisnis kopi bukan sekadar mencari uang tetapi juga mempertanggungjawabkan hasilnya kepada pembelinya dan tentunya juga kepada Tuhan.

Widya Pratama adalah refleksi pengusaha yang menjalankan usaha dengan konsep fair trade. Sebuah cara berbisnis yang lebih banyak menjadi sebatas jargon saja bagi kebanyakan perusahaan kopi multinasional saat ini. Widya Pratama sangat menjunjung tinggi falsafah bisnis dengan integritas, kejujuran, keadilan, dan kesederhanaan. Dari hal itu pula yang membuat Koffie Fabriek Aroma Bandoeng harum namanya di dalam negeri maupun mancanegara.

Widya Pratama juga mungkin akan bercerita kepada Anda tentang tiga sepeda ontel yang dipajang atas dinding ruang penggilingan kopinya. Sepeda itu tidak ingin ia pindahkan karena dianggap akan senantiasa mengingatkannya tentang dari mana ia berasal. Tentang cerita ayahnya, Tan Houw Sian yang bersepeda setiap hari untuk merintis usaha Koffie Fabriek Aroma Bandoeng sejak 1930.