Walikota Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, mengatakan bahwa ada beberapa rangkaian kegiatan untuk membenahi Pulau Penyengat. Salah satunya adalah pembangunan balai adat yang akan ditangani oleh Pemprov Kepri, juga pelebaran jalan yang akan diambil alih oleh Pemkot Tanjungpinang. Jalan akan dilebarkan dari 3-4 meter.
“Selain itu, kita juga akan menata pelabuhan bersama Pemprov Kepri,” kata Lis Darmansyah pada acara pembukaan Festival Pulau Penyengat, Sabtu (22/7).
Festival Penyengat ini penting dilaksanakan untuk terus merefleksikan kejayaan Kerajaan Melayu Lingga yang pernah berpusat di sini. Lanjut Lis Darmansyah, kejayaan masa lalu harus dikenang dan diingat. Kejayaan tersebut memang berbeda dengan kejayaan masa kini sehingga nilai budaya dan adat istiadat lah yang patut diserap. Oleh sebab itu, Pulau Penyengat juga akan diusulkann sebagai warisan dunia dengan harapan bahwa daya tarik pulau ini dapat semakin kaya.
Festival Pulau Penyengat 2017 diisi oleh banyak perlombaan dan acara, diantaranya lomba dayung sampan, lomba pukul bantal di laut, lomba nambat itik di laut, lomba becak motor hias, pangkak gasing, syahrial gurindam 12, membaca gurindam 12, pentas seni (pertunjukan wayang cicak), kegiatan klinik sastra dan berzanji. Total peserta diprediksi lebih dari 1.300 orang.
Disamping itu, fesival ini juga memiliki beberapa event pendukung seperti Fashion Malay Penyengat Syawal Serantau, Hunting Photography Penyengat Halal Competition dan Short Film Netizen Competition.
Pulau Penyengat Diresmikan Sebagai Destinasi Wisata Religi
Dalam pelaksanaan festival, Pulau Penyengat juga diresmikan sebagai destinasi wisata religi andalan Provinsi Kepulauan Riau.
Pulau Penyengat yang masih termasuk ke dalam gugusan Kepulauan Riau ini memiliki areal seluas 3,5 kilometer. Pulau ini berbukit-bukit, tanahnya terdiri dari pasir bercampur kerikil, sedangkan pantainya berkarakter landai. Pulau ini dapat ditempuh dengan perahu atau pompong dalam waktu 5-10 menit, jaraknya hanya sekira 1,5 kilometer dari bibir Kota Tanjungpinang.
Di pulau ini terdapat beberapa situs peninggalan kerajaan Islam yang bersejarah, yaitu:
Masjid Raya Pulau Penyegat/Masjid Raya Sultan Riau
Masjid Raya ini adalah ikon Pulau Penyengat dengan cat warna kuning yang sangat khas. Aspek yang paling menarik dari pembagunan masjid ini yaitu penggunaan lem putih telur untuk membangun dinding masjid. Ruang shalat disangga oleh empat tiang besar. Atapnya berbentuk kubah sebanyak 13 buah dan menara sebanyak empat buah mengikuti jumlah rakaat shalat sehari semalam. Hal menarik lain adalah masih disimpannya Al-Qur’an tulis tangan, serta lemari perpustakaan Kerajaan Riau-Lingga yang pintunya berukir kaligrafi.
Makam Raja Ali
Ini merupakan kompleks makam yang dikelilingi tembok, terbuat dari batu karang dan bata. Di halaman kompleks ini terdapat banyak makam lain dan juga dua buah kolam. Makam Raja Ali berdampingan dengan makam Raja Ja’far di dalam satu cungkup. Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau Vii memerintah pada 1844-1857. Pada masa pemerintahannya terjadi pembagunan fisik yang pesat, termasuk mendirikan dermaga beton dan istana yang megah.
Gudang Mesiu
Dengan gaya Eropa, bangunan ini dikelilingi tembok setinggi 1,65 m dan tebalnya 20 cm. Atap gudang berbentuk setengah lingkaran, sedangkan bagian belakang bertingkat tiga. Gudang Mesiu didirikan pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Suarif Hasyim.
Kompleks Raja Abdurrahman
Kompleks makam ini terletak di belakang Masjid Raya Pulau Penyengat. Untuk mencapai ke lokasi, Anda harus menaiki tangga. Di bagian atas tembok pagar terdapat pahatan seperti kendi. Raja Abdurrahman Yang Dipertuan Muda VII terkenal dengan sebutan Marhum Kampung Bulang memerintah pada tahun 1832-1844. Ia adalah seorang pemrakarsa pembangunan Masjid Raya Pulau Penyengat