Pariwisata Bali mulai bergeliat seiring resmi dicabutnya larangan penerbangan langsung ke Bali oleh Pemerintah Tiongkok per 26 Desember 2017. Sebelumnya, Pemerintah Tiongkok mengeluarkan travel advisory bagi warganya yang akan bepergian ke Bali sampai 4 Januari 2018 terkait erupsi Gunung Agung. Peringatan itu disertai dengan larangan maskapai asal Tiongkok untuk mendarat di Bali.
Selama ini wisman Tiongkok menjadi penyumbang kunjungan wisatawan tertinggi ke Bali. Dari Januari hingga Juli, jumlah turis Tiongkok ke Bali mencapai 896 ribu. Jauh di atas Australia di urutan kedua dengan 632 ribu wisatawan. Wisatawan Tiongkok diharapkan menjadi stimulus signifikan untuk pertumbuhan penumpang internasional. Selama ini wisman Tiongkok menjadi penyumbang kunjungan wisatawan tertinggi ke Bali dan Indonesia. Saat kondisi normal, setiap hari ada 30 rute penerbangan reguler dan carter langsung ke Bali dari Tiongkok dengan maskapai Air China, China Southern, Eva Air, Xiamen Airlines, dan China Eastern.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengaku gembira dan optimistis karena pencabutan larangan akan berimbas kepada peningkatan frekuensi penerbangan ke Bali. Restoran, hotel, tempat wisata, pusat hiburan dan belanja, souvenir shop, bus, taksi hingga guide, makin berpeluang mendulang pendapatan ekstra. ”Ini kerja bersama. Semua langsung merapatkan barisan sehingga semua cepat teratasi,” tutur Pitana.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, I Made Badra, mengatakan pencabutan travel warning ini menjadi berita positif di tengah terjun bebasnya kedatangan wisman China ke Bali. Hal ini pun membuat kuantitas wisman meningkat ke Badung. Sebab, kuantitas yang pernah dicapai Badung adalah 16 ribu wisman. Sedangkan minggu-minggu ini, baru maksimal 15 ribu dan turun ke 14 ribu. Angka kedatangan 16 ribu wisman ini, kata dia, adalah angka normal per hari selama ini di Badung dengan asumsi tingkat okupansi rate rata-rata 75 persen dari 130 ribu room di Badung. Ia pun berharap saat Imlek 2018, turis China membanjiri Bali dan khususnya Badung.
“Wisman China sangat potensial, dengan turisnya kan bermacam-macam. Inilah harapan kami, apalagi hubungan pemerintah dengan pemerintah di sana berhasil meyakinkan China, bahwa kami di Bali dan Badung bisa menggaransi bila terjadi penutupan bandara karena erupsi. Harapan kami Januari 2018 ini akan kembali normal”.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Artha Ardana Sukawati berharap dengan pulihnya kedatangan wisman China ini maka hotel dengan segmen wisman China akan kembali menggeliat kembali sehingga target yang ditetapkan Pemerintah bisa tercapai.
“Dengan dicabutnya status darurat bencana ini maka travel warning akan dicabut. Kemudian setelah travel warning dicabut, penerbangan China-Bali akan dibuka lagi. “Rata-rata per hari antara 3.500 sampai dengan 4.000 wisman per hari,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga sedang menyiapkan layanan mitigasi bagi wisman saat penutupan bandara karena erupsi. Apabila wisman ingin kembali ke hotel maka akan diberikan free semalam. Apabila ingin terbang melalui Banyuwangi atau Lombok, maka akan disediakan guide dengan makanan, khususnya ke bandara di Jawa Timur seperti Banyuwangi dan Surabaya.