Tradisi Megengan di Masjid Demak

Masjid Agung Demak di Jawa Tengah ramai pengunjung saat bulan Rajab dan Ruwah. Oleh arena itu, Pemkab Demak menjaga betul kebersihan dan sampah di kompleks destinasi wisata religi itu. Sebab, para peziarah itu datang sudah malam sampai pagi.

Seperti diketahui, jarak makam Sunan Kalijaga di Kadilangu dengan mengunjungi Masjid Agung Demak itu tidak lebih dari 3 kilometer. Sangat dekat. Bahkan mengendarai mobil sendiri, tidak lebih dari 15 menit. Karena itu, yang ke Kadilangu, pasti juga akan mampir ke Alun-Alun Demak, tempat masjid dengan desain arsitektur joglo Jawa pertama itu berdiri.

Kisah Masjid Agung itu sendiri sudah penuh dengan cerita yang memikat. Antara legenda, cerita sejarah, dan kisah yang sesungguhnya bercampur menjadi satu. Tetapi, endingnya tetap menarik untuk dijadikan warisan cerita turun temurun.

Wajar, jika komplek makam itu juga ramai pengunjung. Masjid Agung Demak itu juga sangat semarak, dan depannya alun-alun besar. Para pengunjung tersebut selain sholat di masjid para wali, juga melakukan ziarah di makam-makam Raja Demak. Diantaranya adalah makam Sultan Fatah atau raja pertama Demak, makam Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor, Raja Demak ke-2, dan makam Sultan Trenggono, Raja Demak yang ke-3.

Menjelang hingga memasuki ramadhan ini komplek pemakaman raja-raja sangat ramai peziarah. Mereka datang dari berbagai wilayah di pulau Jawa dan luar Jawa. Tidak jarang para pejabat berziarah dan sholat di tempat ini.

Ahmad Yani Nasution, salah seorang pengurus masjid Demak mengatakan, menjelang ramadhan kemarin suasanya ramai. Menurutnya dalam sehari bisa 20 hingga 60 bus datang baik dari Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat.“Ramainya saat rejeb ruah, atau sebelum ramadhan. Tetapi ramadhan tetap lumayan,” jelasnya.

Sedangkan untuk kegiatan saat ramadhan bisanya diisi dengan pengajian sehabis sholat ashar dank ataman Quran. “Biasanya akan ramai lagi saat malam likuran atau malam-malam terakhir mulai tanggal 21, 23, 27, dan 29,” ujar lelaki ramah ini.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Rudi Santoso, menambahkan adanya tradisi yang sudah turun temurun ini juga disebut “Megengan”. Dilakukan sehari menjelang puasa. Tradisi Megengan sendiri menurut Rudi adalah tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut bulan puasa.

Megengan sendiri diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Ini merupakan peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan puasa. Bulan dimana semua umat Islam diwajibkan berpuasa. Yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

“Untuk Megengan kemarin ditampilkan tari zippin, serta atraksi budaya lainnya di depan Masjid Agung. Kemudian dilanjutkan dengan melihat stan-stan makanan khas Demak seperti sate keong dan masih banyak lagi,” tukas lelaki ramah ini.