Pemerintah secara serius terus berupaya mengembangkan pariwisata di perbatasan dengan menyelenggarakan beragam acara secara rutin di tapal batas negara. Upaya tersebut selain menjaring wisatawan dari negara tetangga, juga mendorong perekonomian di daerah demi menggerakkan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mendukung upaya tersebut, Kementerian Pariwisata menggelar Rapat Koordinasi Cross Bolder 2017 di Hotel Grand Mega Kuta, Bali, 14-15 Agusuts 2017. Kegiatan dihadiri Dinas Pariwisata dari seluruh Indonesia, khususnya daerah yang berbatasan dengan negara tetangga. Selama dua hari kegiatan diisi diskusi dan tukar pengalaman antarpeserta dengan sejumlah pemateri dari Kementerian Pariwisata, BPS Pusat, Polri, dan Kementerian Keuangan. Berbagai hal utama dibahas seperti perhitungan wisatawan cross borser, keijakan imigrasi, kebijakan polri, sistem penganggaran, regulasi perbatasan, dan metode evaluasi.
Dalam acara tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengutarakan bahwa potensi kunjungan wisatawan mancanegara dari negara perbatasan cukup tinggi karena itu perlu digarap secara maksimal. Indonesia bisa mendatangkan wisatawan perbatasan dengan cara membuat kegiatan pariwisata, antara lain membuat ajang festival di daerah perbatasan dengan menampilkan berbagai ragam seni budaya, promosi objek wisata dan lainnya.
“Potensi wisatawan mancanegara daerah perbatasan potensinya cukup tinggi, karena itu Kementerian Pariwisata melakukan langkah-langkah membuat program wisata perbatasan tersebut melalui program cross border. Kami yakin jika semua daerah perbatasan melakukan program cross border maka kunjungan wisatawan ke Indonesia akan meningkat dan akan dapat memenuhi target kunjungan wisatawan 20 juta pada tahun 2019,” katanya.
Tahun ini, jelas Pitana, ada 217 kegiatan terkait cross border tourism di daerah, di 30 titik dan 8 wilayah. Terbanyak di daerah Batam dan Bintan, kemudian di Entikong, Atambua dan wilayah perbatasan lainnya.
“Kami sangat bahagia apa yang sudah dilakukan, bagaimana tingkatkan kebanggaan, harga diri bangsa dan lainnya. Kita berharap 3,146 juta wisatawan cross border akan datang. Jumlah ini masih kecil. Wilayah perbatasan sangat strategis dalam beberapa hal, bagaimana tingkatkan efektifitas cross border untuk mendatangkan wisatawan dan kembangkan sektor sektor lainnya,”ujarnya.
Pitana menambahkan bahwa untuk meningkatkan kunjungan wisatawan terutama di daerah perbatasan memerlukan kerja keras, dan kesiapan infrastruktur pendukung lainnya. Selain itu, pembangunan wilayah perbatasan harus multisektoral dan terintegrasi.
“Pariwisata menjadi entry poin dalam membangun daerah perbatasan. Kesiapan infrastruktur pendukung antara lain transportasi udara, darat dan laut, serta sarana prasarana di objek wisata, seperti penginapan dan restoran. Jika ke depannya bisa terpenuhi unsur tersebut maka kami yakin kunjungan wisatawan asing akan terus meningkat. Studi menunjukkan, jika pariwisata berkembang maka sektor lainnya akan ikut berkembang,” ujar Pitana.
Border tourism telah diterapkan di banyaknegara karena mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pariwisata suatu negara. Beberapa negara di Eropa seperti Belanda, Jerman dan Perancis setiap tahun mendapatkan peningkatan kunjungan wisatawan dari negara yang berbatasan langsung. Demikian dengan halnya dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Saat ini persentase wisman lintas batas di berbagai negara sangat besar terutama wisatawan melalui transportasi darat (overland). Wisman Perbatasan dapat diperoleh dengan relatif mudah dan cepat, dengan kontribusi yang signifikan terhadap total kunjungan wisman dan manfaat lainnya. Tahun ini, Indonesia fokus promosi daerah perbatasan dalam upaya meningkatkan kunjungan wisman dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Papua New Guenea, Filipina dan Timor Leste.