Inilah sebuah pementasan cantik dan megah yang menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama, dan musik dalam satu panggung. Menikmati pertunjukannya ibarat diajak pada visualisasi mengagumkan dari epos legendaris “Ramayana” karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Menikmati ceritanya dalam rangkaian gerak tari khas Jawa diiringi musik gamelan menjadi sebuah hal yang berkesan. Sendratari Ramayana Prambanan sudah ditonton tokoh nasional maupun internasional dari berbagai negara.
Untuk menikmati pementasan indah ini maka memahami ceritanya akan membawa Anda lebih menikmati penggalan babak demi babaknya. Di dalamnya tidak ada dialog yang terucap dari penarinya, hanya tembang lagu-lagu dalam bahasa Jawa yang terdengar dari sinden untuk menggambarkan jalannya cerita. Selain itu, ada pula atraksi permainan bola api dan kelincahan penari berakrobat dalam beberapa adegan yang menegangkan. Gerak penarinya sangat memukau dengan kelincahan sekaligus gemulai bak penari balet. Tata panggung dan cahaya yang indah juga akan melarutkan Anda pada suasana pementasan sendratari ini. Ceritanya yang menarik dan panjang tersebut dirangkum dalam empat babak, yaitu: penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Rahwana, dan pertemuan kembali antara Rama dan Sinta.
Perlu diketahui bahwa kisah Ramayana sendiri terpahat pada Candi Prambanan yang bercorak Hindu mirip dengan cerita aslinya dalam tradisi lisan di India. Ramayana berasal dari kata ‘rama’dan ‘ayana’ yang artinya ‘Perjalanan Rama’, yaitu cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki). Ramayana telah dikenal sebagai cerita Hindu terkenal di dunia selain Mahabharata. Di Nusantara terutama di Pulau Jawa dan Bali, kisah Ramayana mengalami gubahan dalam khazanah sastra Jawa dengan bahasa Jawa Baru. Wiracarita Ramayana telah diangkat ke dalam budaya pewayangan, lukisan, maupun pahatan di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, dan Filipina.
Sendratari Ramayana sudah dipentaskan selama 51 tahun sejak 28 Juli 1961. Digagas oleh Letjen TNI (purn) GPH Djati Kusumo dengan mementaskannya di panggung terbuka sebelah selatan Candi Prambanan. Saat itu tujuannya memang untuk menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan dan Presiden Soekarno sendiri sangat ingin membawa Ramayana Prambanan sebagai langkah dari seni budaya Indonesia yang pentas ke dunia. Dari waktu ke waktu pementasan kolosal ini terus diimprovisasi dan diperlengkapi lebih megah. Pada masa Presiden Soeharto, tepatnya tahun 1989 diresmikan panggung utama di Candi Prambanan untuk pementasannya dengan dilatari keindahan candi tercantik di Indonesia tersebut.
Hingga saat ini Sendratari Ramayana Prambanan telah meraih berabgai penghargaan dan terakhir tahun 2012 mendapatkan penghargaan Pacific Asia Travel Association (PATA) Gold Awards mengalahkan 180 konstestan dari 79 negara untuk kategori “Heritage”. Sebelumnya untuk kategori yang sama diperoleh tahun 1994 dan 2011. Hal ini membuktikan bahwa keinginan Presiden Soekarno untuk membawa salah satu budaya Indonesia pada kancah yang lebih tinggi telah terwujud, bahkan menjadi yang terbaik.
Apabila Anda ingin menyaksikan pementasan Sendratari Ramayana maka ada di dua tempat utama saat ini, yaitu di Yogyakartadan di Candi prambanan. Pertama, di Yogyakarta digelar di Purawisata Yogyakarta, di Jalan Brigjen Katamso, sebelah timur Kraton Yogyakarta. Di tempat tersebut sendratari ini telah pentas setiap hari tanpa pernah absen selama 25 tahun. Tempat kedua, tentunya di Candi Prambananyang berdiam cerita Ramayana terpahat pada relief candinya. Anda dapat memperoleh informasi jadwal dan tiket di Candi Prambanan dengan mengunjungi laman: http://www.borobudurpark.com/.
Pilihan lain yang cukup menggembirakan adalah Sendratari Ramayana juga dipentaskan di Kota Solo, tepatnya di Taman Balekambang, Surakarta. Di tempat ini pementasan berlangsung setiap malam bulan purnama dibawakan oleh kelompok Wayang Orang Sriwedari. Hingga artikel ini ditulis, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta menggelar pementasan ini untuk umum dan gratis. Tentunya juga bertujuan untuk menarik minat wisatawan agar datang ke Surakarta.