Manusia yang sudah terbiasa mencatat apapun dengan huruf kapital akan melihat ini sebagai sesuatu yang membutuhkan banyak energi dan kompleksatau bahkan di luar akal sehat. Oleh karenanya, ide-ide tentang simbol tersebut digambarkan kembali lewat barang-barang yang bermafaat seperti suvenir. Agar kelak, semangat hidup dan seni budaya yang diregenerasikan nenek moyang tidak pernah hati.
Wisatawan yang melihat langsung Tongkonan Toraja biasanya akan terkagum-kagum pada tiga hal,yaitu:arsitektur, cerita di balik aksesoris rumah, dan bagaimana rumah-rumah itu diukir sedemikian rumit. Saat Anda berkunjung ke Toraja, perhatikan bahwa motif-motif yang tertata rapi pada material rumah dikemas kembali pada suvenir-suvenir tertentu. Motif umumnya membentuk garis geometris yang berulang-ulang, sebagian lagi disimbolkan melalui hewan dan kebesaran tata surya. Ini membuktikan bahwa orang Toraja pernah menjadi bagian dari penganut animisme.
Ada kurang lebih 130 motif dan simbol yang dimiliki tapi yang kerap digambarkan tidak sebanyak itu. Pa’ barre allo merupakan simbol yang paling sering Anda lihat. Ini adalah perlambang Matahari terbit, bentuknya menyerupai Matahari dilengkapi garis-garis yang menyimbolkan pancaran cahaya. Matahari diartikan sebagai kemuliaan dan sumber kehidupan manusia. Kemudian, simbol dominan yang kedua adalah pa’manuk londong atau ayam jantan. Makna sosiologis ayam jantan tidak hanya satu, bisa berupa pemimpin yang arif dan bijaksana, keadilan serta keberanian.
Kerbau, hewan yang dimuliakan oleh sistem kekerabatan di Toraja juga kerap diukirkan, pa’tedong namanya. Bagi orang Toraja, kerbau adalah hewan yang paling tinggi nilai dan statusnya sehingga hewan ini dijadikan indikator kekayaan seseorang.
Di samping itu, selain Matahari, orang Toraja juga senang menggambarkan pa’doti langi’ atau bintang yang bersinar di atas langit sebagai perlambang kepintaran.
Lain lagi dengan motif pa’barana’ yang berupa ukiran menyerupai ranting dan daun beringin. Seperti halnya sifat pohon berkanopi besar tersebut, beringin dipandang orang Toraja sebagai sesuatu yang menyejukkan dan memberi keamanan.
Sementara itu, motif pa’tedong tumuru yang menyerupai tandung kerbau melingkar juga sering digunakan. Tumuru artinya berjalan tanpa menghiraukan keadaan sekeliling.
Sejumlah toko suvenir di banyak titik di Toraja akan memperlihatkan keindahan suvenir berukir motif-motif di atas. Tanpa mengurangi nilai sakral, pembuatannya tetap mengikuti pakem-pakem bentuk motif dan ilustrasi yang telah diwariskan nenek moyang. Tidak ada perubahan bentuk atau kreasi yang terlalu berlebihan. Hanya saja, ukurannya diperkecil mengikuti material yang akan ditatahkan.
Seorang perajin di Desa Kete Kesu telah meghasilkan banyak karya, mulai dari hiasan dinding, tatakan gelas, kotak tisu, tempat pensil dan gantungan kunci. Hal yang paling menarik di sini adalah konsistensi pewarnaan yang masih menggunakan cara lama, sesuai dengan nilai estetika yang dipertahankan pada rumah-rumah Tongkonan. Lupakan cat-cat kimia dengan warna-warna mencolok karena Tongkonan masih diwarnai dengan pewarna alami, begitupun suvenir-suvenir ini.
Pada dasarnya, ukiran di Tongkonan hanya terdiri dari empat warna premier yaitu hitam, putih, cokelat agak jingga, dan kuning. Hitam dihasilkan dari warna arang, cokelat agak jingga diekstrak dari warna tanah liat, sementara kuning juga diambil dari tanah liat namun dengan campuran air yang lebih banyak.
Dengan demikian, ketika membeli suvenir-suvenir yang mengemas dengan apik budaya suku Toraja, berarti Anda telah mengagumi budaya setempat dan memberi semangat kepada perajin untuk terus merawat nilai-nilai luhur yang diregerenasikan nenek moyang.