Gelang Bruta: Simbol Kenang-Kenangan dari Tanjung Puting

Batang demi batang pakis bruta dipilin dengan sangat hati-hati, disilangkan dari satu sisi ke sisi lain sehingga membentuk jalinan yang rapi. Dengan sabar seorang pria begitu fokus melakukannya, setengah jam kemudian jadilah sebuah gelang siap pakai yang sederhana.

Pemandangan seperti ini akan didapat jika Anda mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting, habitat orangutan di Kecamatan Kumai, Kabupaten Pangakalan Bun, Provinsi Kalimantan Tengah. Sungai Sekonyer memang luar biasa menenangkan, diisi dengan suara gemericik air dan kicauan burung yang beterbangan kesana kemari. Dalam perjalanan selama beberapa jam menyusuri Sungai Sekonyer, para awak kapal akan mengisi waktunya dengan membuat gelang bruta.

Tentu gelang bruta tidak dibuat untuk diri mereka sendiri. Ini adalah hadiah bagi wisatawan yang sudah singgah menyaksikan kehidupan alam liar di Taman Nasional Tanjung Puting. Saat menikmati tur, hari-hari Anda akan dihabiskan di klotok dan banyak bertanya dengan pemandu ataupun awak klotok. Di sinilah kebersamaan mulai terbangun sehingga seutas gelang bruta akan melingkar di tangan Anda.

Gelang memiliki warna cokelat tua tapi sesekali Anda akan melihat para awak klotok menggunakan gelang berwarna hitam. Ini akan terjadi pada setiap gelang bruta, semakin lama digunakan maka warna gelang semakin berangsur gelap.

Hal istimewa lain dari gelang bruta adalah jalinan yang dimilikinya. Papua juga mempunyai gelang tradisional yang dibuat dari batang-batang piohon, namun dipilin memanjang sehingga butuh pengait agar bisa melingkar di tangan. Berbeda dengan bruta, masyarakat setempat dengan lihai memilinnya melingkar dan tidak putus. Gelang ini juga lentur sehingga mampu melewati telapak tangan sebesar apapun.

Tanaman pakis bruta sebagai bahan baku umumnya tersedia di kawasan hutan-hutan di Kalimantan. Batang pohon ini sangat kuat dan dan warnanya tidak mudah luntur meskipun sudah digunakan hingga tiga tahun. Dahulu masyarakat Dayak Pasir Panjang kerap menggunakannya untuk mengikat mandau, senjata tradisional mereka. Namun melihat karakter tanaman yang begitu unik, perlahan pakis bruta dialih fungsikan sebagai perhiasan etnik.

Untuk membuatnya butuh keahlian khusus. Anda harus belajar selama beberapa minggu agar bisa membuat gelang bruta hanya dalam waktu 20 menit. Akan tetapi, jika sudah pandai, Anda bisa membentuk batang bruta menjadi banyak ragam hias, seperti kalung, cincin, bahkan hiasan kepala.

Karena membuat benda tersebut sudah membudaya ke seluruh wilayah Kalimantan, kini rumah-rumah membuka usaha kerajinan gelang bruta untuk dijadikan oleh-oleh secara massal. Selain di atas klotok, Anda bisa menemukan gelang bruta di toko cenderamata di sekitar Pangkalan Bun. Gelang yang dijual di toko lebih bervariasi warnanya, ada yang dikombinasikan dengan rotan putih agar lebih cantik. Harganya sekira Rp15 ribu per buah.

Berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting akan lebih lengkap jika Anda memiliki sebuah gelang bruta, atau beberapa untuk dijadikan oleh-oleh. Namun demikian, gelang akan lebih bermakna jika dibuatkan langsung oleh warga setempat sebagai simbol terima kasih dan juga kenang-kenangan.