Ketika orang menyapa dengan “Ya’ahowu”, maka pantas orang pun akan dibalas dengan kata “Ya’ahowu” juga. Saat berpapasan di jalan, saat membuka dan menutup ibadah, dan lain sebagainya.
Selain sudah sering diucapkan secara tradisi, salam ini juga pernah diresmikan dalam sebuah pertemuan oleh para Balugu, Tuhenöri, Si’ulu, Salawa, Datuk dan Raja yg ada di Nias serta tokoh pemuda yang diadakan dan diarsipkan pemerintah Belanda tahun 1919.
Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa Ya’ahowu adalah salam khas Nias. Salam ini berdiri dari kata dasarnya howu-howu yang berarti berkat, dan ditambahkan Ya sebagai imbuhan yang berarti semoga. Sehingga makna penyampaian Ya’ahowu adalah memperhatikan kebahagiaan orang lain serta berharap akan diberkati oleh yg Kuasa; atau dengan kata lain Ya’ahowu menampilkan sikap-sikap memberikan perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan pengetahuan kepada orag lain sebagai manusia sebagaimana adanya.
Beberapa diantara orang Nias pun berpendapat Ya’ahowu seperti layaknya salam shalom aleichem (Ibrani) atau “salam damai sejahtera” atau “Tuhan memberkatimu”.
Versi lain yang mengupas lebih dalam lagi untuk maknanya dalam bahasa Nias, seperti yang dilansir pada “Arti dan Makna Salam Ya’ahowu” yang ditulis oleh Pdt. Dal. Zendratö, STh dalam website http://niasonline.net/. Dalam tulisannya beliau menjelaskan Ya’ahowu terdiri dari 3 kata yang sudah disatukan hingga mengandung maknanya sendiri. Ketiga kata itu adalah Howu, A, dan Ya.
Kata pertama Howu dalam bahasa Nias memiliki arti bagian yang lembut, segar, sedang tumbuh atau berkembang pada suatu tanaman. Contohnya seperti howu gae yang berarti bagian tengah batang pisang yang lembut, berwarna putih, segar dan dapat bertumbuh.
Kemudian kata kedua, vokal ‘a’ pada kata ahowu, merupakan awalan yang berfungsi menyatakan kata sifat dari kata yang diawalinya. Jika howu sebagai kata benda, maka ketika ditambahkan menjadi ahowu berubah menjadi kata sifat, sehingga maknanya pun berubah menjadi mempunyai sifat seperti howu.
Selanjutnya, kata ketiga Ya adalah awalan yang berfungsi menyatakan bentuk optatif kepada ahowu. Sedangkan optatif sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu optare yang artinya mengingini. Optatif dapat diterjemahkan dengan “semoga” atau “moga-moga”, atau “sudi apalah kiranya”. Jadi, Ya’ahowu juga memiliki makna semoga lembut, segar, dan terus bertumbuh seperti howu.
Salam khas Nias ini pun dituangkan dalam bentuk tarian yang dikenal dengan Tari Ya’ahowu. Dahulu Tari Ya’ahowu merupakan tari penyambutan bagi tentara yang telah kembali dari medan perang dan membawa kemenangan. Saat ini, Tari Ya’ahowu biasa dipentaskan saat penyambutan tamu besar yang berpengaruh di Nias atau tamu yang datang dari luar daerah.
Tarian ini dimainkan oleh 6-8 orang penari perempuan dan 4 orang pemain musik. Para penari dengan gemulai menirukan gerakan burung yang sedang terbang dan juga menggambarkan pekerja membangun sebuah menara dengan kekompakannya yang indah.