Demi mendukung program percepatan pengembangan salah satu dari empat destinasi “Bali Baru” yang tengah jalankan Pemerintah, Kementerian Pariwisata menggelar Famtrip bertajuk Petualangan Alam Komodo 2017. Kegiatan tersebut merupakan dukungan promosi destinasi Labuan Bajo dimana di dalamnya termasuk Taman Nasional Komodo. Festival ketiga yang diadakan pemkab Manggarai Barat itu berlangsung pada 24-26 November 2017 di kawasan wisata Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Petualangan Alam Komodo diikuti sekira 150 peserta dari Pemkab, TNI AL, Basarnas, Kepolisian, Industri, dan Media. Termasuk juga 7 penggiat perjalanan wisata (travel blogger) dan sosial media dari Generasi Pesona Indonesia (GenPI) yang berkolaborasi mempromosikan Labuan Bajo sebagai tujuan wisata unggulan Indonesia.
Beberapa destinasi yang dikunjungi adalah yang sudah terkenal di kawasan ini seperti Pulau Rinca dan Pulau Padar, kemudian dipadukan dengan tujuan wisata yang baru seperti Pulau Kalong, serta Batu Meja dan Strawberry Rock di Kampung Rinca. Diharapkan kegiatan ini dapat mempromosikan pilihan tujuan wisata lain selain Pulau Komodo dan Labuan Bajo sendiri.
Penjelajahan kali ini berbeda karena dilakukan dengan menginap di sebuah kapal kayu (LoB Noah 1) sehingga memudahkan berpindah tempat dari satu pulau ke pulau lain. Kapal kayu tanpa layar tersebut ibarat hotel terapung karena memiliki 14 kabin dengan amenitas seibarat hotel berbintang dengan lebih dari 20 anak kapal termasuk koki khusus.
Di Pulau Padar, peserta melakukan pendakian ke bukit Padar untuk melihat lansekap alam menakjubkan di pesisir pulau ini yang melengkung di dua sisi berbeda. Dari puncak ini secara sekaligus enam penjuru pesisir memukau dapat terlihat dari satu puncak bukit. Pendakian yang cukup melelahkan terbayar dengan hadiah pemandangan menakjubkan di puncak Padar. Pulau Padar sendiri merupakan pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo, setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Pulau ini hanya terpisahkan oleh Selat Lintah dengan Pulau Rinca dimana area karang yang tinggi membuat air laut di sini menjadi dangkal.
Di Pulau Rinca, peserta melakukan treking melalui hutan dan padang savana yang luas untuk melihat komodo secara langsung. Di sini mereka mendapatkan pengawalan sekaligus penjelasan dari polisi hutan dari Taman Nasional. Selain melihat komodo, juga mendapatkan penjelasan rinci tentang habitat komodo, mulai dari proses membuat sarang, bertelur, hingga tumbuh di pulau ini dan kebiasaannya. Pulau Rinca merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO di kawasan Taman Nasional Komodo bersama dengan Pulau Komodo, Pulau Padar dan Gili Motang.
Menjelang malam, peserta berkesempatan menyambangi Pulau Kalong yang dihuni jutaan kelelawar di pinggir hutan bakau. Hewan tersebut terbang dalam jumlah sangat banyak menjelang petang untuk beraktivitas mencari makan menjelajah ke berbagai pulau di kawasan ini.
Selain Pulau Padar dan Rinca, peserta juga melakukan perjalanan ke hutan untuk melihat Batu Balok di Kampung Rinca. Ini merupakan situs geologi berupa reruntuhan bebatuan yang berserakan di sebuah bukit. Bebatuan tersebut tergeletak begitu saja. Bentuknya simetris seolah dipotong mesin karena tegak lurus.
Sebuah cerita mitologis warga sekitar menceritakan kisah mula asal bebatuan tersebut, yaitu seorang lelaki tua bernama Rinca yang ingin meminang wanita asal Pulau Flores bernama Putri Fraida. Sang putri mensyaratkan dibangun istana dalam satu malam yang disanggupi Rinca, Akan tetapi rupanya Sang Putri berubah pikiran dan berupaya menggagalkan upaya Rinca yang dibantu makhluk halus menyelesaikan istana dalam satu malam. Fraida membakar banyak tungku untuk mengelabui Rinca seolah sudah pagi agar dia menghentikan usahanya membangun istana. Rinca tertipu mengira hari sudah pagi dengan cahaya dari pembakaran tungku sehingga ia merasa kecewa dan meninggalkan sisa-sisa bahan pembangun istana tergeletak begitu saja di atas bukit. Sang Putri kemudian pergi meninggalkan pulau menuju Pulau Sumbawa dimana kemudian menjadi cikal berdirinya kerajaan Bima.
Sementara itu, kunjungan ke Strawberry Rock atau dalam bahasa lokal disebut Nisa Purung adalah melihat tebing karang berwarna merah muda yang cantik. Nisa berarti pulau sementara purung bermakna terbakar. Itu dikaitkan tebing karang berwarna merah muda tidak jauh dari Kapung Rinca berada.