Kecubung: Kilau Batu Mulia Khas Pangkalan Bun

Kilau batu kecubung memancarkan pesona yang bisa membuat kolektor batu jatuh cinta. Batu tampak bening, namun beberapa jenis batu memiliki serat-serat rambut di dalamnya sehingga menghasilkan keindahan tersendiri. Permata cantik ini berasal dari Kalimantan, salah satu daerah asalnya adalah Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.

Konon ketika melingkarkan kecubung pada jari, aura si pemakai akan keluar dan gairah hidupnya akan meningkat. Batu pun dipercaya dapat meningkatkan keberuntungan sehingga banyak pebisnis yang memakainya demi kesuksesan dan memperkuat relasi. Dahulu raja dan anggota keluarganya kerap menggunakan kecubung sebagai perhiasan, inilah mengapa permata tersebut sangat bernilai keberadaannya.

Umumnya batu kecubung berwarna ungu, merah muda, hitam dan putih. Saat dilihat seksama dengan senter, kecubung yang asli akan memperlihatkan serat-serat atau atau butiran. Berdasarkan rupanya inilah kecubung dibedakan menjadi beberapa jenis, yang paling mahal adalah kecubung platina. Permukaannya memang bening namun jika dilihat dengan seksama, terdapat butiran warna-warni di dalamnya. Tekstur di dalam batu pun terlihat halus tanpa cacat. Di sini, cacat berarti batu masih memiliki noda-noda sehingga tidak terlihat benar-benar jernih.

Bongkahan batu kecubung yang didapat dari penambang, direndam terlebih dahulu agar kandungan yang terdapat di dalam batu terlihat. Dari sini bisa dinilai apakah batu tersebut termasuk kecubung standar ataupun kecubung langka.

Usai direndam, batu terlebih dahulu dipotong-potong dengan mesin oleh perajin. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan, baik untuk dijadikan batu cincin ataupun liontin. Jika potongan batu sudah dihasilkan maka tahapan berikutnya adalah digosok menggunakan ampelas. Pada proses inilah kepiawaian perajin sangat diperlukan. Butuh bertahun-tahun pengalaman untuk menggosok kecubung dengan sempurna. Kecubung yang sudah jadi teksturnya sangat halus dan bercahaya, isi di dalam batu pun dapat terlihat jelas.

Ampelas yang digunakan juga berbeda-beda, memiliki nomor sesuai dengan fungsinya baik digunakan untuk memperhalus kecubung yang masih kasar, ataupun menyempurnakan kecubung yang sudah halus. Dalam proses penggosokkan, perajin dibantu dengan alat tambahan yakni stick kayu yang direkatkan pada kecubung.  Tahap ini dilakukan selama kurang lebih satu jam, tergantung ukuran dari batu kecubung. Perajin yang sudah mahir mampu menghasilkan batu kecubung siap jual hingga 20 buah per harinya.

Penggosokkan pada ampelas ternyata bukan proses yang terakhir. Masih ada tahap penyempurnaan yakni menggosok batu pada sebilah bambu agar semakin halus. Setelah itu, baru lah kecubung siap dijual atau dirangkai lagi menjadi ragam perhiasan, seperti kalung, gelang, bahkan tasbih.

Jika berkunjung ke Pangkalan Bun, Anda bisa singgah di Toko Souvenir Istana Kecubung di Jalan Pangeran Antasari Ruko Kodim No. 7 Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Anda bisa mendapatkan sebuah batu kecubung standar dengan harga mulai dari Rp60 ribu, hingga kecubung platina yang langka dengan harga Rp9,5 juta.