The Passage, Raja Ampat di Mata Pak Kir

Penampilannya seperti cumulus nimbus di langit Raja Ampat; hitam, besar, dan terkesan mengintimidasi saat dilihat. Pak Kir, demikian lebih akrab dipanggil kesehariannya dari nama Kirman, sebenarnya penuh dengan kesejukan dan keramahan, seperti hujan yang turun dan lengkungan pelangi yang muncul di kaki langit Raja Ampat. Lebih dari 20 tahun ia giat menyelam, dari sisi timur hingga barat, juga utara dan selatan Indonesia. Kedekatannya dengan laut dimulai dari kegiatan olah raga selancar angin dan ski air di Sanur, Bali. Secara tidak langsung, ia diperkenalkan dengan olah raga menyelam, dan pada akhirnya ia jatuh cinta dengan penyelaman, atau karena keindahan Indonesia yang tak terlihat di permukaan air.  

Saat menuju sebuah penyelaman malam hari, night dive, ia berwajah tenang seolah sudah ratusan kali penyelaman semacan ini ia lakukan. Perlengkapan selamnya siap dikenakan, dan ia seperti manusia super yang hendak berperang dengan apapun misi yang ia hadapi. Menyelam dan dunianya, memang penuh sensasi yang terkadang hiperbolik, tapi sungguh nyata dan kebanyakan diantaranya adalah orang-orang luar biasa yang tahu mencintai apa yang dilihatnya.

Raja Ampat adalah taman bawah air yang belum terkontaminasi oleh kebrutalan penyelam masal seperti di Bali yang terkadang membawa sifat wisatawan masal pada umumnya. ‘Sebagai penyelam, semestinya seseorang sudah lebih tahu beretika dengan destinasi wisata’, jelas pria berambut spike pendek kelahiran Banyuwangi tahun 1969 ini. Raja Ampat adalah sebuah destinasi yang wajib dikunjungi bukan karena dunia bawah lautnya saja, tapi juga karena daya tarik flora dan fauna di daratannya. Tak heran ikan di sini sedikit sulit diabadikan, tidak seperti ikan di tempat Pak Kir menyelam di Bali, yang terkadang bisa berpose saat difoto oleh penyelam.

Di Raja Ampat, ia bekerja dengan Pak Cip, fotografer bawah air, dan membantu melakukan persiapan dan pemotretan yang luar biasa. Pekerjaan seperti ini telah ia geluti sejak dahulu. Menemani seorang fotografer bawah air sangat ia nikmati. Pemanduan penyelaman pun ia geluti selama ini, sehingga tak heran bila ia mengenal karakteristik tiap penyelam dari seluruh dunia, sembari ia merinci sifat-sifat penyelam dari Rusia hingga Amerika, dari Jepang, negara-negara Eropa, hingga Australia. Ia kenali dan fahami semuanya.

Pak Kir mengenang the Passage

Saat mengenang kembali penyelamannya di Raja Ampat, ia sangat terkesan oleh the Passage yang baru ia singgahi dengan Pak Cip. Bagaikan sungai di tengah laut, the Passage merupakan celah di antara dua pulau yang memiliki arus agak kencang, namun ditahan oleh kenyataan bahwa pohon kipas laut dan akar pohon tembakau dapat bersatu dalam sebuah jepretan kamera bawah air yang tidak akan dijumpai dimanapun di muka bumi. Akhirnya, detail warna merah muda yang dilukiskan jemari sea fans bersenandung di depan hijau menyala daun tembakau di atas permukaan air yang karena kejernihan airnya, semua objek itu dapat terlihat dari kedalaman tiga meter di bawah laut, menembus ke langit biru. Walhasil, sebuah foto yang tak ada di album manapun.

Hanya di the Passage seseorang dapat melihat pantulan alam atas laut di bawah laut, bukan sebaliknya. Keragaman warna berpadu seperti mozaik yang meliuk-liuk seperti ular di antara pohon-pohon tembakau yang kanopi-nya terkadang memayungi penuh satu bagian terbaik aliran sungai laut ini. Di satu sudut, arus berhenti, tak terasa lagi kesan sungai yang deras, dan habitat penuh keanehan seperti berkumpul di kolam mata air yang asri. Sebuah mimpi indah lima menit atau sejam, tak dapat dibandingkan dengan keindahan di sini, kecuali anda mengalami déjà vu.

Kenangannya hampir larut di kedalaman Manta Point, dan ia membedakan perairan Wakatobi dengan Raja Ampat. Wakatobi memang memiliki ketenangan air yang luar biasa, bagai sebuah aquarium tanpa arus dan jernih tanpa plankton. ‘Sulit dipercaya ada laut yang setenang itu’, tuturnya. Tapi Raja Ampat memiliki semua yang diinginkan oleh penyelam. Semua ada di sini.