Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng) bertekad menjadikan pariwisata sebagai leading sektor dengan menempatkan Tanjung Puting (obyek wisata alam sebagai habitat orang utan) yang sudah mendunia sebagai ikon.
“Setelah pertanian dan infrastruktur, pariwisata kami jadikan sebagai leading sektor,” kata Bupati Kotawaringin Barat Nurhidayah di rumah Bupati, Sabtu (17/2/2018).
Bupati Nurhidayah menjelaskan, baru tujuh bulan setelah dilantik menjadi bupati, ia menetapkan pariwisata sebagai skala prioritas utama dalam pembangunan daerahnya lima tahun mendatang, disusul prioritas lainnya yaitu; pertanian dan infrastruktur. “Saat ini kami terus mempercantik dan meningkatkan daya saing pariwisata di Kotawaringin Barat, serta berbagai akselerasi terus dikembangkan termasuk menggali dan menciptakan destinasi baru,” katanya.
Bupati perempuan pertama di Kalteng ini sangat yakin dan percaya diri bahwa pariwisata menjadi modal penting untuk dikembangkan secara berkelanjutan dalam memberikan kemakmuran daerahnya, karena untuk mengembangkannya dibutuhkan modal murah dan cepat serta banyak menciptakan lapangan kerja.
“Taman Nasional Tanjung Puting, menjadi modal awal yang sangat besar dan telah menjadi ikon dunia. Wisatawan asing dari belahan dunia banyak yang berkunjung ke sana. Kita pun menciptakan destinasi lain untuk memecahkan konsentrasi agar tidak terfokus ke Tanjung Puting,” kata Nurhidayah.
Kebijakan Pemkab Kotawaringin Barat untuk meneguhkan pariwisata sebagai leading sektor diteguhkan dalam bentuk perintah agar segala pembangunan infrastruktur mengarah kepada pengembangan dan kemajuan pariwisata. Selain itu dari sisi anggaran pun terus disesuaikan dan akan ditingkatkan setiap tahunnya.
Upaya kebijakan dan arahan pembangunan ke sektor pariwisata ini pun untuk menciptakan daya saing dan menarik investor datang ke Kotawaringin Barat. Pihaknya akan membuat perijinan lebih mudah, simpel, dan singkat bagi para investor. “Kalau bisa dipermudah dan dipersingkat kenapa harus dibikin lama. Itu semboyan kita,” kata Nurhidayah.
Unsur 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) Nurhidayah menjelaskan, unsur 3A (aktraksi, amenitas, dan aksesibilitas) di Kotawaringin Barat cukup memadai. Amenitas sudah cukup bagus ada hotel berbintang dari lokal hingga internasional chain. Di pusat Kota Kotawaringin Barat ada hotel bintang empat seperti Swissbel Hotel dan Grand Ketjubung.
Dari sisi aksesbilitas menuju Kota Waringin Barat relatif mudah karena dapat ditempuh dengan jalur udara, darat dan laut. Setiap hari maskapai penerbangan Nam Air, dan Trigana Air terbang dari Jakarta ke Pangkalan Bun PP dan Wings Air dari Semarang ke Pangkalan Bun PP. “Garuda Indonesia juga akan terbang ke Pangkalan Bun sekitar Maret mendatang,” kata Nurhidayah.
Sementara itu unsur atraksi, tahun ini Pemkab Kotawaringin Barat menyiapkan sebanyak 32 event unggulan yang akan digelar sepanjang tahun. “Memang harus diakui, selama ini mayoritas event-nya masih bersifat seremonial. Tahun ini kita akan mengkurasi beberapa event untuk dijadikan sebagai annual event yang mempunyai daya tarik wisata,” kata Nurhidayah.
Memoles Destinasi Lain
Upaya memoles destinasi lain, selain Tanjung Puting, terus dilakukan dengan harapan agar wisatawan yang berkunjung ke Kotawaringin Barat mempunyai lama tinggal lebih panjang dan pengeluaran wisatawan menjadi lebih besar selama berkunjung ke sana.
Salah satu destinasi wisata yang tengah dikembangkan adalah Taman Agrowisata di Kumpai Batu Atas sebagai desa wisata yang direncanakan untuk meningkatkan daya tarik sebelum atau sesudah wisatawan mancanegara (wisman) berkunjung ke Tanjung Puting. Selain itu memoles Desa Pasir Panjang yang menjadi pusat budaya dari masyarakat Dayak asli. Di sini, wisatawan dapat melihat produk budaya seperti rumah adat Betang dan pemakaman Kaharingan atau seperti Ngaben di Bali. Di sana wisatawan dapat melihat konsep rumah-rumah pohon tempat rehabilitasi orang utan yang luasnya mencapai 100 hektar dan agrowisata. Juga ada Kampung Pelangi yakni kampung tradisional yang hidup di bantaran sungai. Di kampung pelangi akan mendapati rumah penduduk yang penuh warna, ada banyak sampan yang dijadikan moda transportasi masyarakat setempat.
Kotawaringin Barat juga memiliki kawasan kota lama yang dijadikan sebagai wisata religi. “Di kawasan tersebut asal muasal kerajaan Islam. Bukti sejarah dan makam wali masih dapat dijumpai di sana. Kawasannya pun sudah bersih dan tertata rapih,”
lanjut Bupati Nurhidayah. Selain itu pemerintah kabupaten Kotawaringin Barat saat ini sedang mempersiapkan kawasan khusus di tengah kota untuk dijadikan sebagai destinasi wisata kuliner, layaknya seperti kawasan Malioboro di Yogyakarta.